Menilik Kisah Di Balik Lomba Panjat Pinang

- Senin, 12 Agustus 2019 | 16:04 WIB
ANTARA FOTO/Rahmad
ANTARA FOTO/Rahmad

Setiap tahunnya, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2019 tidak terlepas dari pernak-pernik Merah Putih dan sejumlah lomba yang digelar untuk menambah kemeriahan suasana. Salah satu perlombaan yang paling ditunggu-tunggu adalah panjat pinang.

Taukah kamu, panjat pinang ternyata sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pertama kali, panjat pinang diadakan oleh orang-orang Belanda untuk acara besar seperti pernikahan, hajatan, dan lainnya.

-
photo/Komunitas Historia

Namun, hampir semua peserta yang mengikuti lomba ini adalah orang pribumi dengan memperebutkan hadiah berupa bahan-bahan pokok (beras, roti, gula, dan pakaian).

Panjat pinang digelar dengan pohon pinang tinggi yang dilumuri oli atau bahan pelicin. Dengan begitu, warga pribumi berusaha memanjat pinang hingga ke puncaknya untuk mendapatkan hadiah.

-
ANTARA FOTO/Rahmad

Bagi kalangan orang pribumi pada masa itu, barang-barang hadiah tersebut sudah termasuk mewah. Maka, mereka pun berusaha memperebutkan hadiah itu, sementara para penjajah Belanda menonton sambil tertawa karena melihat warga pribumi terjatuh akibat pohon pinang yang licin.

Menurut berbagai sumber, sejak tahun 2000-an, sejumlah petisi yang berisi larangan perlombaan panjat pinang telah dilayangkan. Hal ini dianggap bisa memudarkan semangat nasionalisme dan patriotisme kaum muda, dibuktikan dengan rendahnya kesadaran akan sejarah bangsa sendiri. 

-
ANTARA FOTO/Kornelis Kaha

Namun sampai saat ini, perlombaan panjat pinang masih digemari masyarakat untuk memeriahkan momen 17 Agustus. Biasanya, lomba ini dimainkan oleh para pria yang dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tinggi pinang yang harus ditaklukkan masing-masing tim kurang lebih 10 meter.

-
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Sebagian orang menganggap perlombaan ini negatif, mengingat sejarah kelam di balik lomba panjat pinang. Meski demikian, tak sedikit pula yang menilai bahwa perlombaan ini layak dipertahankan dan menjadi tradisi 17 Agustus.

Hal itu dikarenakan ada makna positif yang bisa diambil dari lomba ini, misalnya kerja keras, pantang menyerah, kekompakan tim, serta jiwa tolong menolong untuk mencapai tujuan yang sama.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Polres Langkat Musnahkan Barbuk Ganja dan Sabu

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB
X