Makam Sultan Pasai, Kesultanan Islam Terbesar di Asia Tenggara, Dibiarkan Hancur Berkeping

- Sabtu, 31 Oktober 2020 | 11:58 WIB
Foto terkini kondisi makam  Sultan Abdul Jalil, Sultan Pasai yang berada di Kerajaan Aru. (Foto: Facebook Ichwan Azhari)
Foto terkini kondisi makam Sultan Abdul Jalil, Sultan Pasai yang berada di Kerajaan Aru. (Foto: Facebook Ichwan Azhari)

Kondisi terkini kompleks pemakaman Sultan Pasai yang terletak di Klambir Lima, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, tampak sangat memprihatinkan. Patahan nisan makam berceceran di sana sini.

Hal itu diketahui dari kunjungan sejarawan Ichwan Azhari pada Kamis (29/10/2020). Foto-foto yang ia unggah di Facebook menjadi bukti sahih mengenai kondisi yang menyesakkan dada itu. Ichwan bahkan menyebutnya sebagai bentuk vandalisme peradaban.

"Menyeberangi titi bambu yang hampir patah, naik ke atas dataran tinggi, kemarin petang (29.10.2020) saya berjuang agar dada tak makin terasa sesak. Sesak melihat hamparan ceceran  patahan patahan nisan  dan penghancuran kompleks pemakaman Sultan Pasai abad 15, di Klambir Lima,  enam  Kilometer di perbatasan Barat  Laut  kota Medan, di bibir  kebun PTPN 2," tulisnya di dinding Facebook, pada Sabtu (31/10/2020).

Seperti diketahui, Kesultanan Pasai, yang juga dikenal dengan nama Samudera Darussalam, atau Kesultanan Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.

Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal pada tahun 1521.

Selama ini, makam Sultan Pasai diketahui terpencar di beberapa lokasi. Dan makam yang dikunjungi Ichwan disebut-sebut sebagai makam Sultan Abdul Jalil, Sultan Pasai yang berada di Kerajaan Aru, yang belum ditemukan sampai saat ini di Aceh.

"Saya pegang kepingan inskripsi nisan, perlihatkan lewat video call ke Mizuar Mahdi, Ketua MAPESA  (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh). Suara nya parau, terdengar mengulang ulang '... ya, ya, agaknya itu makam Sultan Pasai yang kami cari cari, makam Sultan Pasai yang berada di kerajaan Aru. Ini Sultan Pasai yang makamnya belum ditemukan sampai saat ini di Aceh'," lanjut Ichwan.

-
Silsilah Kesultanan Pasai.

Bukti bahwa makam tersebut merupakan makam Sultan Pasai, merujuk pendapat Ketua Masyarakat Peduli Sejarah Aceh Mizuar Mahdi, diperkuat dengan pola struktur bangunannya yang sama dengan makam Sultan Pasai di Aceh. 

"Tangan saya mencoba membersihkan semak semak sekitar makam, mematahkan ranting daun petai liar, mencari cari sambungan inskripsi yang patah di sela runtuhan. Segera nampak balok batu besar dan sebaran batu bata unik yang menandakan ini bukan makam orang biasa, ini kompleks makam orang besar," sambung Ichwan.

Pendapat Mizuar saat berkomunikasi dengan Ichwan melalui video call yang dengan yakin menyebut makam tersebut sebagai makam Sultan Pasai di Kerajaan Aru, menimbulkan banyak tanda tanya. 

"Keliru kah para menyusun historiografi kuno yang membuat narasi seakan Pasai dan Aru bermusuhan? Makam ini menunjukkan persahabatan kah, pendudukan Aru oleh Pasai kah?" tulis Ichwan.

Adapun Kerajaan Pasai didirikan oleh Marah Silu yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267, yang menjadi sultan pertama kerajaan itu. Sultan Malik as-Saleh kemudian digantikan oleh Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I yang bertakhta dari tahun 1297 hingga 1326.

Hingga 1517, Kesultanan Pasai sedikitnya pernah dipimpin oleh 20 sultan yang berbeda. Sultan Zainal Abidin IV disebut-sebut sebagai sultan yang terakhir.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X