Mendikbud Usul Pembelajaran Jarak Jauh, DPRD DKI: Kenapa Mau Dipermanenkan?

- Sabtu, 4 Juli 2020 | 17:07 WIB
Nadiem Makarim (ANTARA/Wahyu Putro A)
Nadiem Makarim (ANTARA/Wahyu Putro A)

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani, menyoroti wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, yang berencana mempermanenkan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) usai wabah virus corona (Covid-19). Saat ini, proses belajar mengajar di Indonesia masih dilakukan secara dalam jaringan (daring) atau online.

"Belum selesai masalah metode dan inovasi Pembelajaran Jarak Jauh. Sekarang muncul wacana PJJ mau dipermanenkan. Saya pikir Mas Nadiem ini orang yang sangat paham keadaan bangsa, karakter anak-anak kita bagaimana, harusnya melek dulu sebelum memunculkan niat permanenkan PJJ," kata Zita di Jakarta, Sabtu (4/7/2020).

Zita menyampaikan, saat ini di Indonesia ada 62 daerah tertinggal dan Center of Reform on Economics (CORE) memperkirakan penduduk miskin akan bertambah menjadi 30,8 juta jiwa selama pademi virus corona.

Selain itu, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan penduduk kita yang melek teknologi hanya sekitar 64,8%, itu artinya masih ada 92,99 juta penduduk Indonesia yang gagap teknologi. 

"Dengan keadaan seperti ini harusnya Mas menteri paham kondisi, mustahil PJJ dipermanenkan, masih banyak PR yang harus di selesaikan terlebih dahulu," ujarnya.

Politisi Partai PAN ini pun mengapresiasi langkah atau pola pikir Mendikbud tersebut yang sudah jauh berpikir ke depan. Namun demikian ia, menyarankan langkah itu harus realistis dengan melihat kondisi saat ini. 

"Saya acungi jempol karena Mas Menteri sudah berpikir 1.000 langkah lebih maju ke depan. Tapi harus realistis juga, lihat system belajar yang sudah diterapkan tiga bulan ini, evaluasinya banyak sekali," ujarnya.

"Di negara maju saja, Amerika dan Singapura, yang kualitas guru dan infrastrukturnya sudah memadai untuk jarak jauh, tetap terapkan pembelajaran tatap muka. Bukan masalah mampunya, tapi efisiensinya, siswa Amerika sendiri yang meminta itu. Di kita pun sama, anak-anak sudah tidak lagi fokus dan tempramental selama di rumah. Karena dunianya dicabut, bermain, belajar, dan mengenali peran dan statusnya sudah tidak lagi di rasakan," sambungnya.

Dia mengungkapkan, sebelumnya dirinya sudah pernah mengirimkan surat terbuka untuk merespons kebijakan Mendikbud setelah beberapa hari dikeluarkan. Zita pun membagi wacana ke dalam 4 metode pembelajaran, Online Guided Distance Learning, Suport Guided Home Learning, Suport Guided Comunity Learning, dan New Normal School. 

"Setiap metodenya harus diperhatikan akses gadget, akses internet, pengawasan orang dewasa, inovasi kurikulum, bahan pembelajaran, fasilitas dan guru pengajar. Itu semua adalah kelebihan dan kekurangan dari tiap daerah. Metodenya menyesuaikan," lanjutnya.

"Ambil contoh metode OGDL. Seminimalnya harus ada akses Gadget, akses internet, inovasi kurikulum, dan yang terpenting pengawasan orang tua, agar anak tidak salah gunakan gadget yang ada. Untuk yang tidak punya gadget dan internet, gunakan metode lain," tandasnya.
 

Artikel menarik lainnya

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X