Jepang Telah Menyiapkan Kaisar Masa Depan, Hisahito Mulai Disorot

- Senin, 21 Oktober 2019 | 13:30 WIB
Pangeran Hisahito (tengah) dengan kedua orangtuanya (REUTERS/Koji Sasahara)
Pangeran Hisahito (tengah) dengan kedua orangtuanya (REUTERS/Koji Sasahara)

Naruhito resmi menjadi kaisar beberapa bulan lalu, dan pangeran termuda Jepang, Hisahito kini menjadi sorotan. 

Pangeran muda Hisahito mengunjungi Bhutan pada bulan Agustus lalu dan perjalanan pertamanya ke luar negeri. Perjalanan perdananya ke luar negeri dianggap sebagai debut seorang raja masa depan di panggung dunia. 

Pada 1 Mei, Kaisar Naruhito, 59 tahun, menjadi raja setelah pengunduran diri ayahnya, Akihito. Pengumuman penobatannya sebagai raja akan diadakan dalam upacara 22 Oktober di depan para pejabat asing dan domestik. 

Dalam peraturannya, Jepang hanya mengizinkan laki-laki untuk naik tahta kekaisaran dan perubahan pada hukum suksesi adalah kutukan bagi konservatif yang mendukung Perdana Menteri, Shinzo Abe. 

-
Silsilah keluarga kerajaan Jepang (The Imperial Household Agency/REUTERS)

Hisahito yang berusia 13 tahun merupakan pria kerajaan tunggal di generasinya. Ia berada di urutan kedua setelah ayahnya, Putra Mahkota Akishino, 53 tahun, adik lelaki kaisar. 

"Di bawah aturan suksesi saat ini, Pangeran Hisahito pada akhirnya akan menanggung seluruh beban melanggengkan kekaisaran keluarga," kata surat kabar Asahi dalam editorial tahun ini. 

Kelahiran Hisahito pada 2006 dipandang sebagai mukjizat oleh kaum konservatif yang ingin mempertahankan suksesi khusus pria. 

Hingga 1965, tidak ada laki-laki kekaisaran yang lahir, dan setelah delapan tahun menikah, istri kaisar, Masako melahirkan seorang gadis, Putri Aiko. 

Kelahiran Putri Aiko mendorong gerakan untuk merevisi undang-undang suksesi dan membiarkan perempuan mewarisi dan meneruskan tahta. 

Tapi, kelahiran Hisahito menahan gerakan itu, 

 "Konservatif merasa bahwa kehendak surga telah terungkap," kata Hidehiko Kasahara, seorang profesor ilmu politik di Universitas Keio.

Kini, beberapa ahli dan media bertanya-tanya apakah Hisahito dipersiapkan dengan baik untuk masa depan. 

"Penting untuk membuatnya sadar bahwa ia berada dalam posisi untuk mewarisi tahta ketika berinteraksi dengan orang-orang, dan untuk mengingatnya sejak dini," kata Kasahara.

Konstitusi Jepang pasca-Perang Dunia II tidak memberi kaisar wewenang politik, dan menunjuknya sebagai 'simbol Negara dan persatuan rakyat.'

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X