Munarman: Zakiah Aini Harusnya Dilumpuhkan, Bukan Ditembak Mati, Apalagi Dia Perempuan

- Kamis, 1 April 2021 | 18:23 WIB
Zakiah Aini, gadis yang ditembak mati di halaman Mabes Polri. (ist)
Zakiah Aini, gadis yang ditembak mati di halaman Mabes Polri. (ist)

Penembakan mati seorang perempuan bernama Zakiah Aini (25 tahun) di halaman Mabes Polri, Rabu sore (31/3/2021), mendapat sorotan dari mantan Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI), Munarman.

Munarman bilang, polisi seharusnya cukup melumpuhkan Zakiah, alih-alih langsung menembak mati gadis tersebut.

Dengan tindakan pelumpuhan, polisi justru dapat menggali informasi dari Zakiah mengenai sosok yang mendalanginya.

"Harusnya tindakan pelumpuhan. Apalagi ini kan perempuan. Pada kaki misalnya. Katakanlah pada tangan. Kan dilatih menembak aparat itu," ujar Munarman, saat berbincang dengan Refly Harun di kanal YouTube RH Family, Rabu petang.

Dari gerak-geriknya, menurut Munarman, Zakiah bukanlah seseorang yang profesional--jika ia diasumsikan sebagai teroris atau penjahat.

"Kalau dia profesional, gerakannya tidak seperti itu. Dia pasti berusaha dan berupaya untuk menyembunyikan tubuhnya dari sasaran tembak. Mencari tempat untuk perlindungan," kata Munarman.

Karena itu, Munarman pun prihatin atas nasib yang dialami Zakiah, gadis yang diketahui merupakan bungsu di keluarganya.

"Itu yang kita prihatinkan. Terlalu murah harga nyawa di Indonesia ini. Dan itu berulang-ulang," ujarnya.

Sepanjang perbincangan dengan Refly, Munarman menyampaikan bahwa rentetan aksi teror yang terjadi kurun beberapa waktu belakangan, menimbulkan pertanyaan besar, di samping juga merugikan umat Islam.

"Peristiwa-peristiwa seperti ini, baik yang di Makassar maupun yang sekarang, dari sudut pandang bahwa seolah-olah ini mewakili Islam, saya kira justru adanya peristiwa ini umat Islam dirugikan. Pertanyaan besarnya: apakah aksi-aksi ini memang dirancang untuk menjatuhkan dan merugikan Islam?" katanya.

Terkait munculnya kembali nama FPI di tengah-tengah teror yang belakangan terjadi, Munarman menyebut hal itu sebagai bagian dari agenda setting pihak tertentu, untuk mengaburkan atau mendistorsi perhatian khalayak dari pengungkapan kasus penembakan 6 anggota Laskar FPI Desember 2020 silam.

"FPI itu, secara entitas keormasan, sudah dibubarkan. Sudah almarhum. Ada kekuatan-kekuatan tertentu yang menginginkan opini publik mengarah kepada FPI sebagai kelompok pelaku. Ini menggiring opini publik. Target konkretnya saya kira, di tengah gencarnya desakan untuk menuntaskan pembunuhan 6 laskar FPI, opini publik jadi beralih. Ada distruption. Ada interruption," katanya.

Postulat tersebut, kata Munarman, diperkuat dengan fakta bahwa ada perbedaan dalam cara aparat menangani kasus teroris dengan kasus penembakan 6 anggota Laskar FPI.

"Ada perbedaan kecepatan dalam pengungkapan kasus yang menyangkut nyawa. Yang kasus teroris ini cuma hitungan jam. Yang kasus 6 laskar berlarut-larut," katanya.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X