Mengapa Kejahatan Jalanan Semakin Nekat di Masa Corona? Ini Penjelasan Kriminolog

- Rabu, 6 Mei 2020 | 15:12 WIB
Ilustrasi pelaku kejahatan jalanan. (Pixabay/un-perfekt).
Ilustrasi pelaku kejahatan jalanan. (Pixabay/un-perfekt).

Beberapa aksi kejahatan jalanan yang terjadi di ibu kota sempat viral di lini massa, salah satunya aksi perampokan modus pecah kaca mobil di Depok yang berlangsung siang hari bolong. 

Lantas, apa saja faktor yang membuat para pelaku kejahatan itu semakin berani melakukan aksinya hingga di siang hari?

Kriminolog dari Universitas Indonesia, Ferdinand Andi Lolo mengungkapkan beberapa faktor pemicu para pelaku kejahatan berani melakukan aksinya di siang hari bolong, bahkan di tempat-tempat yang ramai. Tentunya, faktor itu berkaitan dengan masa pandemi virus corona yang masih melanda Indonesia.

1. Situasi sepi karena PSBB.

-
Ilustrasi pelaku kejahatan di tempat sepi. (Pixabay/guvo59).

 

Faktor pertama yakni situasi beberapa daerah yang sudah tidak ramai karena ada peraturan PSBB. Hal itu membuat para pelaku kejahatan berani melakukan aksinya.

"Ketika terjadi pembatasan pergerakan orang itu membuat tempat-tempat yang biasanya ramai terutama tempat umum menjadi sedikit lebih renggang. Berarti pengawasan di situ berkurang karena kan masyarakat tidak banyak melihat di situ," kata Ferdinand saat dihubungi Indozone, Rabu (6/5/2020).

"Jadi tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan kejahatan itu bisa lebih tinggi kalau pada tempat yang ramai," sambungnya.

2. Konsentrasi aparat polisi yang terpecah.

-
Ilustrasi aparat polisi yang tertibkan PSBB. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin).

Lebih jauh Ferdinand mengatakan faktor berikutnya yang membuat pelaku kejahatan semakin berani melakukan aksi kejahatannya yakni kurang sigapnya Polri mengantisipasi tindak kejahatan itu. Sebab, saat ini Polri mengemban tugas banyak di masa virus corona ini sehingga fokusnya terhadap kejahatan jalanan seolah-olah berkurang.

"Dengan adanya PSBB kan aparat mendapat tugas tambahan untuk melaksanakan PSBB sehingga konsentrasinya terpecah karena adanya tugas tambahan itu," kata Ferdinand.

Dia mengatakan Polri saat ini tengah fokus memberikan imbauan hingga penindakan terkait PSBB, terkait Operasi Ketupat 2020 sedangkan tugas yang semakin banyak tidak diikuti dengan jumlah SDM yang ada. SDM polri disebutnya tidak bertambah ditengah tugas yang semakin menumpuk.

"Lebih kepada pelaksanaan PSBB sementara sumber daya manusia, aparat kan nggak bertambah," jelasnya.

Hal itu lah yang membuat fungsi Polri dinilai kurang efektif dalam megantisipasi kejahatan jalanan. Hal itu pula yang dilihat oleh para pelaku kejahatan sehingga menimbulkan niat untuk melakukan aksi kejahatan.

"Konsentrasi (Polri) terpecah, mereka mendapatkan tugas tambahan, misalnya untuk melakukan penyekatan, kemudian berkonsentrasi menekan penyebaran hoaks kemudian diberikan tugas memberikan sosialisasi, diberikan tugas mengawal pelaksanaan PSBB, melakukan patroli yang tidak terkait penanggulangan kejahatan," kata Ferdinand.

"Akibatnya apa? Waktunya terbagi. Jadi sementara mereka harus menjalankan tugas pokoknya nah itulah yang kemudian menjadi celah bagi para pelaku kejahatan," sambungnya.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X