Radikalisme Salah Kaprah di Negara Demokrasi Bhineka Tunggal Ika

- Senin, 4 November 2019 | 16:15 WIB
 ANTARA FOTO/Gusti Tanati
ANTARA FOTO/Gusti Tanati

Belakangan ini, kata radikalisme kerap menjadi bahan perbincangan orang-orang. Jika dilihat dari segi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikalisme berarti paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara drastis.

Radikalisme memiliki kata dasar radikal yang artinya cenderung positif, yaitu sebuah adjektiva yang menjelaskan sesuatu secara mendasar (sampai pada hal yang prinsip).. Masih menurut KBBI, kata radikal dalam politik memiliki makna amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan). Radikal juga berarti maju dalam berpikir atau bertindak.

Pada rapat terbatas di Kantor Presiden RI, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan pemerintah harus melakukan upaya serius untuk memberantas radikalisme.

Saat itu, Presiden meminta pilihan pengganti sebagai sebutan bagi para pelaku radikalisme. "Apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama?" kata Presiden di Jakarta, Kamis (31/10).

-
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Penggantian frasa pelaku radikalisme menjadi frasa lain seperti manipulator agama yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo,  menurut Pimpinan Program Studi Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran Dr. Lina Meilinawati Rahayu, adalah usaha untuk memperhalus makna.

Penggantian istilah ini karena kata radikal mengandung makna yang amat keras menurut Febri Taufiqurrahman selaku dosen Linguistik Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Sedangkan kata manipulator agama, menurutnya memiliki makna orang yang sedang memanipulasi atau memprovokasi agama dengan melakukan tindakan yang melanggar aturan hukum dan agama.

"Jadi, Presiden mungkin ingin menyebut orang-orang yang selama ini membuat kerusuhan mengatasnamakan agama itu adalah manipulator agama, bukan radikalisme agama," ujar Febri.

Padahal Presiden bisa saja menggunakan kata sektarian untuk menyatakan sesuatu yang buruk. Dalam KBBI, sektarian berarti semangat membela suatu sekte atau mazhab, kepercayaan, atau pandangan agama yang berbeda dari pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut, aliran dalam politik yang antikomunikasi, reaksioner, amat emosional, tidak kritis, angkuh, dan antidialog.

Maka jika suatu kebijakan yang berhubungan dengan pencegahan fanatisme agama dan terorisme, kata sektarian dan sektarianisme dirasa lebih tepat digunakan.

Istilah radikalisasi dan pelaku radikalisme, misalnya, harusnya diubah menjadi sektarianisasi dan sektarian karena frasa itulah yang sebenarnya menggambarkan pengertian yang tepat dan tidak salah. Kata radikal sepatutnya diarahkan pada sesuatu yang positif, seperti contohnya radikalisasi Pancasila.

Mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif mengatakan bahwa radikalisasi Pancasila dimaksudkan untuk membuat Pancasila menjadi lebih operasional dalam kehidupan dan ketatanegaraan, sanggup memenuhi kebutuhan praktis atau pragmatis, dan bersifat fungsional.

Manipulator Agama

Merujuk pada pernyataan Jokowi tentang manipulator agama, agama manakah yang dimaksud dalam pernyataan tersebut? Jika disebut manipulator agama, maka seharusnya berlaku universal. Tidak seharusnya diidentikkan dengan umat Islam saja. Presiden Jokowi juga memerintahkan menteri-menteri terkait untuk mencegah penyebaran paham radikal yang menyalahgunakan agama.

"Saya serahkan kepada Pak Menko Polhukam untuk mengkoordinasikan masalah ini," kata Presiden merujuk kepada Mahfud MD.

Namun Mahfud MD justru menyoroti ceramah agama di masjid pemerintah yang notabene merupakan sarana ibadah umat Islam.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X