Dandhy Laksono, Bos Watchdoc yang Jadi Tersangka Ujaran Kebencian

- Jumat, 27 September 2019 | 13:20 WIB
Dandy Dwi Laksono (Instagram/dandhy_laksono).
Dandy Dwi Laksono (Instagram/dandhy_laksono).

Sejumlah anggota polisi bergerak menuju Bekasi, Jawa Barat, Kamis (26/9) malam. Mereka menuju kediaman seorang aktivis Tanah Air, yakni Dandhy Dwi Laksono. 

Sesampainya di lokasi, polisi langsung menjemput Dandhy pukul 23.00 WIB. Polisi membawa yang bersangkutan untuk diperiksa Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.

Empat jam berselang, status hukum Dandhy naik menjadi tersangka. Dia dituding menebarkan kebencian mengenai suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) terkait isu di Papua melalui media elektronik.

Dandhy disangkakan melanggar UU Nomor 8 tahun 2016 tentang ITE dan UU Nomor 1 tahun 1946 mengenai hukum pidana. Meski telah menjadi tersangka, polisi tidak melakukan penahanan dan memperbolehkan dia pulang ke rumahnya.

Profil Singkat Dhandy

Jika menelisik ke belakang, jiwa kritis terhadap kebijakan pemerintah sangat kental dalam diri Dandhy. Profesinya sebagai wartawan menjadi salah satu faktor utamanya.

Dandhy Laksono merupakan jurnalis senior di berbagai platform, yakni media cetak, radio, online, dan televisi. Sosok berpostur tambun itu juga bagian dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Pada 2009, Dandhy bersama rekannya sesama jurnalis, Andy Panca Kurniawan mendirikan Watchdoc Indonesia. Watchdoc merupakan sebuah rumah produksi yang membuat berbagai film dokumenter. 

Ratusan judul film dokumenter telah diproduksi Dandhy dan kawan-kawan. Tema yang diangkatnya pun berkaitan dengan isu sosial yang pro kaum marjinal.

Sejumlah judul filmn yang dibuat, antara lain Jakarta Unfair, Samin versus Semen, Kala Benoa, Asimetris, Belakang Hotel, hingga yang teranyar Sexy Killers. 

Nama Dhandy kian meroket setelah munculnya Sexy Killers, mengingat film dokumenter itu bercerita mengenai dampak industri tambang di Indonesia. 

Sexy Killers pun menjadi perbincangan karena dirilis menjelang Pilpres 17 April 2019. Banyak publik yang memuji film itu, tetapi tidak sedikit yang menghujat. 

Bahkan, Dhandy dituding melakukan propaganda golput, hingga mendapat pasokan dana dari pihak tertentu. Namun, dia tidak peduli dan tetap kukuh bersikap kritis terhadap rezim yang menyimpang.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X