Bacharuddin Jusuf Habibie, Sosok Genius dan Agamais dari Parepare

- Kamis, 12 September 2019 | 16:09 WIB
ANTARAFOTO/Ali Anwar/Fanny Octavianus
ANTARAFOTO/Ali Anwar/Fanny Octavianus

Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf (B.J) Habibie adalah salah satu dari sekian banyak tokoh penting yang membanggakan Indonesia, juga dunia. Semasa muda ia memang dikenal aktif dan berprestasi. Ia merupakan seorang genius dengan kemampuan mendesain pesawat terbang setelah menuntut ilmu hingga ke Jerman. Dia pun diberi julukan 'Mr. Crack'.

Menurut berbagai sumber, setidaknya ada tiga jenis pesawat yang pernah diciptakan oleh B.J Habibie yakni jenis R80 dengan teknologi 'fly by wire' dan pemanfaatan sinyal elektronik dalam instruksi penerbangan. Setelah itu, pesawat Hercules C-130 yang menjadi pesawat angkut militer, termasuk digunakan di sejumlah negara.

Menyusul kemudian, pesawat jenis N-250 yang merupakan pesawat penumpang sipil regional. Peluncuran perdananya sempat disiarkan langsung oleh stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) di depan Presiden ke-2 Republik Indonesia, H.M. Soeharto.

-
ANTARAFOTO/Ali Anwar

Dengan kemampuan tersebut, pria kelahiran Parepare, 25 Juni 1936 ini dikenal sebagai Bapak Teknologi yang tenar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Oleh karena itu, Presiden Soeharto memercayai Habibie untuk menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus memimpin Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dua jabatan yang diembannya sekian lama.

Namun, sedikit yang mengetahui jika tokoh yang pernah menjadi Presiden RI tersebut juga berperan besar dalam program peningkatan iman dan takwa (imtak). Dibantu sejumlah tokoh nasional, seperti Adi Sasono dan Amien Rais, Habibie menjadi tokoh sentral sekaligus pemimpin Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Ketika didirikan, organisasi yang menjadi perhimpunan puluhan tokoh dan intelektual muslim tersebut menjadi institusi yang sangat diperhitungkan di Indonesia, termasuk dalam perpolitikan nasional. Organisasi yang kemudian menjadi perhatian dunia itu banyak melakukan kegiatan keumatan untuk mewujudkan masyarakat berilmu dan memiliki keimanan yang kuat.

-
ANTARA FOTO/Fanny Octavianus

Salah satu bentuk program yang dijalankan B.J Habibie adalah mendirikan 'Magnet School'. Program ini kemudian bertransformasi menjadi Madrasah Aliah Negeri Insan Cendikia (MAN IC). Menurut Musran, Kepala MAN IC Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, B.J Habibie adalah 'founding father' sekolah yang sekarang pengelolaannya berada di bawah Kementerian Agama RI tersebut.

Para guru dan pelajar di sekolah yang berkategori unggulan tersebut selalu diingatkan peran B.J. Habibie dalam melahirkan konsep pendidikan yang memadukan ilmu umum dengan pengetahuan agama itu. "Kita tidak bisa melupakan itu, semua siswa, guru, dan pegawai MAN IC harus tahu bahwa beliau merupakan pendiri sekolah yang berwawasan ilmu agama dan teknologi ini," ujarnya.

Musran menjelaskan kilas balik pendirian MAN IC bahwa pada tahun 1996 B.J Habibie yang menjabat Menristek RI mendirikan sekolah yang diberi nama 'Magnet School', yaitu lembaga pendidikan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi dalam penguasaan iptek berdasarkan nilai keimanan dan takwa.

-
ANTARA FOTO/Audy MA

Magnet School tersebut berubah nama menjadi SMU Insan Cendekia yang ketika itu baru berdiri di Serpong dan Gorontalo. Pada tahun 2000, pengelolaan SMU Insan Cendekia diserahkan kepada Kementerian Agama RI yang sekarang berubah nama menjadi MAN IC. Saat ini, keberadaan MAN IC tercatat sebanyak 23 unit yang tersebar di bergabagi daerah di Indonesia.

"Perlu saya sampaikan bahwa kami tidak bisa melupakan sejarah dan jasa beliau, B.J. Habibie memiliki jasa yang cukup besar terhadap perjalanan MAN IC. Beliau tidak hanya tokoh bangsa, tetapi bagi kami juga tokoh pendidikan," katanya.

Ketika baru didirikan dan beroperasi, lembaga pendidikan yang didirkan B.J Habibie tersebut belum banyak diketahui, sehingga siswanya saat itu hanya berjumlah 10 orang.

-
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Namun, setelah mengetahui kualitas pengajaran yang diberikan, sekolah yang didirikan 'Bapak Teknologi' itu mendapatkan minat yang besar sehingga makin banyak yang mendaftar meski prosesnya cukup ketat. "Bapak teknologi ini mendirikan sekolah dengan penjaringan yang sangat ketat, lembaga pendidikan dengan memadukan ilmu teknologi dan ilmu agama dan sekolah itu sekarang adalah MAN IC," ujar Musran.

Pertimbangan B.J Habibie meletakkan sekolah yang didirikannya di bawah Kementerian Agama RI tidak lain agar ilmu teknologi dan ilmu agama dapat bergandengan dan berbanding lurus. "Sekarang tokoh bangsa itu sudah tiada. Akan tetapi, jasanya tetap dikenang sepanjang masa. Patut menjadi teladan anak bangsa. Beliau sosok yang jujur, gigih, dan tekun," ujarnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X