Kisah Gus Dur, Jenderal Luhut Panjaitan dan Sejarah Pelengseran yang Perlu Diluruskan

- Selasa, 19 Mei 2020 | 10:00 WIB
Presiden Abdurrahman Wahid/Gus Dur (kiri) dan Luhut Binsar Pandjaitan (kanan). (Istimewa)
Presiden Abdurrahman Wahid/Gus Dur (kiri) dan Luhut Binsar Pandjaitan (kanan). (Istimewa)

Kisah-kisah KH. Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Republik Indonesia ini terus dikenang untuk memberi pelajaran. Selalu ada hikmah di balik cerita tentang Gus Dur dan pada masa era kepemimpinannya, bahkan hingga hari ini.

-
Kutipan Gus Dur (istimewa)

Bagi penerusnya, Gus Dur selalu menginspirasi, bahkan ketika beliau sudah lama wafat meninggalkan kita. Bagi kelompok seterunya, Gus Dur mewariskan petuah tentang arah masa depan, hingga kita bisa mengenal istilah-istilah unik dalam politik seperti, ‘anggota dewan taman kanak-kanak’, ‘politik modal dengkul’, hingga ‘Jenderal Kunyuk’.

Di antara kisah-kisah Gus Dur dengan tokoh militer, yang menarik ditelisik yakni persahabatan antara Gus Dur dengan Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan (LBP).

-
Luhut Binsar Pandjaitan bersama Presiden Joko Widodo dan Masayoshi Son, CEO Softbank Group Corp (kedua dari kiri) dan Tony Blair, Mantan Perdana Menteri Inggris (kanan). (Photo Sekretariat Presiden RI)

Jenderal Luhut pernah menjadi menteri pada era Gus Dur menjabat sebagai presiden. Kini, LBP menjadi orang penting pada masa kepemimpinan Presiden RI ke-7, Joko Widodo atau yang lebih sering disapa Jokowi.

Bagaimana kisah kedekatan Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan dengan Gus Dur?

Perkenalan Luhut dengan Gus Dur, diawali dari perantara Jendral Benny Moerdani. Dari Benny, LBP bisa mengenal dan bertemu dengan Gus Dur.

“Saya kenal dari Pak Benny. Saat itu saya masih letnan kolonel. Gus Dur pakai kacamata, tapi dia masih melihat dengan baik,” kenang Luhut.

Segera setelah pertemuan itu, Luhut mendapat tugas berat dari Benny Moerdani. Apa coba? Luhut diminta Jenderal Benny untuk menjegal langkah Gus Dur yang maju sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada 1994.

-
Benny Moerdani dan Luhut Binsar Pandjaitan (Istimewa)

Situasi yang rumit, dan berada di tengah dilema, Luhut tidak berhasil menjalani tugasnya. Saat itu, Luhut berstatus sebagai Komandan Komando Resort Militer 081/Dhirotsaha Jaya di Madiun, Jawa Timur.

Muktamar NU pada tahun 1994 di Cipasung, Tasikmalaya memang menegangkan. Langkah Gus Dur tidak dikehendaki oleh penguasa Orde Baru, Soeharto.

Bayang-bayang militer sangat kental di arena muktamar itu. Hubungan Gus Dur dengan Benny Moerdani, yang saat itu jadi algojo andalan Soeharto cukup unik: teman tapi musuh, musuh tapi teman.

-
Panglima ABRI Jenderal Benny Moerdani menemui Presiden Soeharto di Bina Graha. (Repro Buku Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto, Karya Salim Said)

Gus Dur cukup cerdik memanfaatkan situasi, dengan beragam dukungan dari kiai-kiai. Perlawanan kaum nahdliyyin terhadap kesewenangan Soeharto dan intimidasi militer cukup menegangkan. Hasilnya, Gus Dur melenggang sebagai Ketua Umum PBNU, menyingkirkan rival-rivalnya.

Selepas gagal menghadang langkah Gus Dur, Luhut Binsar Pandjaitan kemudian malah bersahabat.

“Gus Dur bawa saya dari posisi termarjinalkan ke posisi bagus. Karena Gus Dur saya bisa jadi manusia unik. Saya mempunyai visi ke depan karena Gus Dur,” terang Luhut, (Kumparan, 23 Oktober 2017).

Luhut juga mengisahkan betapa dirinya sering berbincang dengan Gus Dur, untuk membahas masalah-masalah bangsa, secara informal dan santai.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X