Mobilitas di DKI Meningkat Jadi Alasan Titik PPKM Darurat Jadi 100 Titik

- Rabu, 14 Juli 2021 | 15:45 WIB
Petugas gabungan dari TNI, Polri, Dishub, dan Satpol PP memutarbalikkan kendaraan yang akan melintas di pos PPKM Darurat, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (3/7/2021). (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah).
Petugas gabungan dari TNI, Polri, Dishub, dan Satpol PP memutarbalikkan kendaraan yang akan melintas di pos PPKM Darurat, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (3/7/2021). (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah).

Polda Metro Jaya mengungkap alasan penambahan titik penyekatan PPKM Darurat di Jakarta dan wilayah penyangga Jakarta. Alasannya karena hasil evaluasi PPKM Darurat menyimpulkan bahwa selama PPKM Darurat, mobilitas di Jakarta masih tinggi.

"Ada dua alasannya, yang pertama berdasarkan hasil evaluasi dari google mobility, Facebook mobility maupun dari indeks cahaya malam, ternyata di Jakarta kemarin itu mobilitasnya meningkat," kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (14/7/2021).

Kombes Sambodo menyebut diawal PPKM Darurat, angkya mobilitas di Jakarta sempat turun hingga 30 persen. Namun, pada 11 Juli, penurunan mobilitas berubah menjadi di bawah 20 persen.

"Padahal target di PPKM ini adalah penurunan mobilitas antara 30 sampai 50 persen. Jadi ada peningkatan mobiltasnya di Jakarta. Jadi awal sempat bagus di akhir-akhir PPKM darurat meningkat," beber Sambodo.

Baca Juga: Maia Estianty Bagikan Kabar Duka: Selamat Jalan, Doa Kami Menemanimu Selalu

Alasan berikutnya berkaitan dengan pola penyekatan di Jakarta. Sambodo menyebut wilayah Jakarta membuat petugas tidak bisa melakukan penyekatan di daerah penyangga saja, melainkan penyekatan harus dilakukan di dalam kota Jakarta sendiri.

"Jakarta ini unik, dia adalah hybrid concentrik, jadi kita sulit memisahkan mana residensial, mana downtown, mana pusat kota dan sebagainya, bahkan di tengah pusat kota pun ada pemukiman pemukiman," kata Sambodo.

"Sehingga ketika dilaksanakan pembatasan yang ada di batas-batas kota, ternyata pergerakan di dalam kota masih cukup tinggi, mobilitas di dalam kota masih tinggi, kemudian pembatasan tidak hanya di batas kota, tetapi harus bermain di dalam kota," pungkas Sambodo.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X