Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan kabar pembatalan agenda kajian online Ramadan di PT Pelni.
Acara itu sedianya akan digelar pada bulan Ramadan dan mengundang lima penceramah kondang. Salah satunya adalah Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH M Cholil Nafis.
Tak cuma itu, pejabat yang menginisiasi pengajian itu juga dikabarkan dicopot.
Pengajian itu dibatalkan dengan dugaan bahwa acara itu syarat akan radikalisme dan karenanya mesti dicegah.
Komisaris Independen PT Pelni Kristia Budhyarto alias Dede Budhyarto, sampai-sampai menyebut bahwa pembatalan itu jadi pelajaran dan peringatan kepada BUMN lain untuk memberangus radikalisme.
"Ini pelajaran sekaligus WARNING kpd seluruh BUMN, jangan segan-segan MENCOPOT ataupun MEMECAT pegawainya yg terlibat radikalisme. Jangan beri ruang sdktpun, BERANGUS," kata Dede.
Selain itu pejabat yg terkait dgn kepanitiaan acara tsb telah DICOPOT.
— Dede Budhyarto (@kangdede78) April 8, 2021
Ini pelajaran sekaligus WARNING kpd seluruh BUMN, jangan segan-segan MENCOPOT ataupun MEMECAT pegawainya yg terlibat radikalisme.
Jangan beri ruang sdktpun, BERANGUS.
Menanggapi hal itu dan sederet fenomena serupa belakangan, Sekjen HRS Center, Haikal Hassan menyebut bahwa saat ini adalah zaman setan. Ia mengatakan demikian karena penceramah lebih diawasi ketimbang koruptor.
"Zaman setan adalah zaman dimana seorang penceramah lebih diawasi & dicegah dari pada koruptor bejad," cuitnya di Twitter, Minggu (11/4/2021).