Said Aqil: Bahaya Laten di Indonesia Bukan Lagi PKI, Namun Radikalisme dan Terorisme

- Selasa, 30 Maret 2021 | 20:34 WIB
Kolase foto Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan baju bergambar palu-arit (Antaranews)
Kolase foto Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan baju bergambar palu-arit (Antaranews)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyebut bahwa bahaya laten yang kini mengancam Indonesia bukan lagi Partai Komunis Indonesia (PKI). Melainkan aliran radikal dan terorisme.

Hal ini diungkap Said saat mengisi webinar bertajuk 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme Untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' yang ditayangkan kanal YouTube TVNU, Selasa (30/3/2021).

Said mengatakan, aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (28/3/2021), menunjukkan bahwa bahaya laten terorisme masih mengancam Indonesia.

"Mohon maaf, saya berani mengatakan bukan PKI bahaya laten kita, tapi radikalisme dan terorisme yang selalu mengancam kita ini," kata Said dilansir ANTARA.

Pada kesempatan ini, Said juga menuding aliran Wahabi dan Salafi sebagai satu di antara pintu masuk terorisme di Indonesia.

"Kalau kita benar-benar sepakat, satu barisan ingin menghadapi, menghabiskan atau menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya dong yang harus dihadapi. Benihnya, pintu masuk yang harus kita habisin. Apa? Wahabi. Ajaran Wahabi itu pintu masuk terorisme," kata Said.

Said menegaskan, aliran Wahabi memang bukan terorisme. Namun, menurut dia, menjadi pintu masuk terorisme karena dianggap ajaran ekstrim.

"Wahabi bukan terorisme tapi pintu masuk. Kalau sudah Wahabi ini musyrik, ini musyrik, ini bid'ah, ini gak boleh, ini sesat, ini dholal, ini kafir, itu langsung satu langkah lagi, satu step lagi, sudah halal darahnya boleh dibunuh. Jadi benih pintu masuk terorisme adalah Wahabi dan Salafi. Wahabi dan Salafi adalah ajaran ekstrim," tutur Said.

Menurut Said, masih ada enam ribu terduga teroris yang belum tertangkap Kepolisian. Said pun menduga kelompok teroris ini merupakan bagian dari jaringan Jamaah Asharut Daulah (JAD).

Kelompok itu, kata dia, bisa lebih ekstrim dibanding Jamaah Ansharut Tauhid pimpinan Abu Bakar Baasyir. Sebab, lanjutnya, JAD beranggapan bahwa seluruh pihak yang berseberangan dengan mereka adalah kafir.

"Beda dengan Ansharut Tauhid, JAT Abu Bakar Baasyir itu yang disasar non-Muslim, gereja, non-Muslim yang harus dihabisi. Kalau JAD, kita semua halal darahnya," ujar Said.

Terpisah, Wakil Ketua Umum DPP PPP Arsul Sani menanggapi pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj soal pintu masuk terorisme di Indonesia.

Jika Said menuding aliran Wahabi dan Salafi, Arsul menyebut pengembangan paham keagamaan yang intoleran, monopoli kebenaran dan menghalalkan tindak kekerasan merupakan pintu masuk terorisme.

"Pintu masuk terorisme adalah pengembangan paham paham keagamaan yang intoleran, memonopoli kebenaran, menghalalkan tindak kekerasan. Paham-paham ini ada bukan hanya di kelompok Islam saja tetapi juga di agama lain," kata Arsul kepada ANTARA, Selasa (30/3/2021).

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X