Pengusaha Logistik Dukung Aturan Pajak Barang Masuk

- Kamis, 16 Januari 2020 | 08:30 WIB
Ilustrasi kargo. (Pixabay/druckfuchs)
Ilustrasi kargo. (Pixabay/druckfuchs)

Keputusan pemerintah untuk menurunkan ambang batas barang masuk bebas pajak, dari semula US$75 menjadi US$3, dianggap kalangan pengusaha logistik cukup fair.

Sebab, aturan tersebut juga diikuti oleh penyederhanaan tarif pajak pada barang impor, sehingga tarifnya turun dan menjadi flat sebesar 17,5%,

Direktur Utama Lion Parcel Farian Kirana mengatakan, penurunan ambang batas barang masuk tidak kena pajak diakuinya merupakan tantangan tersendiri, khususnya pada tiga barang yang cukup favorit pada perdagangan marketplace yaitu tas, sepatu dan produk garmen. Ia memprediksi trend pengiriman untuk barang-barang tersebut akan menurun. 

"Padahal tiga komoditi itu, jumlahnya 50-60% dari barang impor yang kita lakukan pengiriman. Tapi di sisi lain kan ada perubahan cukup baik, jadi memang semua harus bayar pajak, tapi nilainya juga kan sebenarnya diturunin, dari yang sebelumnya 37% dan ada bedanya punya NPWP atau tidak, sekarang di flat hanya 17,5% saja di luar tiga komoditas itu," ujar Farian kepada Indozone, disela-sela peluncuran program 'SHOK' di Jakarta, Rabu (15/1/2020). 

Menurut Farian, kebijakan Kementerian Keuangan tersebut diakui akan mengurangi pengiriman barang untuk tiga komoditi tersebut. Namun, di sisi lain terbuka pula potensi pengiriman untuk barang-barang lainnya, sebagai imbas penurunan pajak bea masuk barang impor tersebut.

-
Direktur Utama Lion Parcel, Farian Kirana. (INDOZONE/Sigit Nugroho)

 

"Ini kita lihat akan mengurangi yang sekarang ada, tapi akan membuka banyak pintu baru dan lebih jelas. Karena dulu mungkin orang mau impor ke sini peraturannya mungkin dilihat susah, karena harus ada NPWP dan nggak perlu per pengirim, per alamat dan lainnya. Intinya jadi harga barang saja. Artinya ini lebih clear," jelasnya. 

Ia juga optimistis, aturan baru tersebut tidak akan 'memukul' industri jasa pengiriman, karena nantinya para pelaku impor barang tiga komoditi tersebut akan menemukan peluang-peluang lainnya. 

"Tentu akan ada adaptasi di bulan-bulan awal, makanya semua pun masih wait and see, tapi nanti akan terbentuk market baru dan pada akhirnya market-market baru ini akan menciptakan komoditi-komoditi yang baru," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Motor Kepeleset, Dua Jambret Ditangkap di Monas

Senin, 18 Maret 2024 | 14:10 WIB

Fotokopi KTP Tidak Berlaku Lagi, Ini Penggantinya

Sabtu, 16 Maret 2024 | 18:05 WIB
X