Bukan Tak Punya Uang, Golongan Menengah ke Atas Pilih Menabung di Masa Pandemi

- Kamis, 13 Agustus 2020 | 17:06 WIB
Ilustrasi menabung. (Pexels/Maitree Rimthong)
Ilustrasi menabung. (Pexels/Maitree Rimthong)

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi minus 5,32% (yoy), salah satunya disebabkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tercatat hanya mencapai minus 2,96%, yang artinya masyarakat cenderung mengerem pengeluaran konsumsinya di masa pandemi virus corona.

Mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, terkikisnya tingkat pengeluaran atau konsumsi rumah tangga, tak sepenuhnya disebabkan masyarakat yang tidak memiliki uang lagi. Melainkan golongan masyarakat kelas menengah ke atas yang merupakan mayoritas, lebih memilih menyimpan uang mereka karena tidak tahu atau belum yakin untuk menghamburkan uang mereka, karena situasi pandemi ini belum diketahui kapan akan berakhir.

"Masyarakat menengah ke atas masih pelit belanja, dia hanya belanja seperlunya baik karena takut keluar dari rumah atau hal lain. Bahan pokok dibelanjakan cukup. Menengah ke atas cukup membatasi mereka juga menjaga cadangan keuangannya," ujar Enggar dalam webinar yang diselenggarakan hari ini, Kamis (13/8/2020).

Menurut Enggar, kecenderungan masyarakat memilih menyimpan dana tersebut bisa dilihat dari peningkatan simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan. Ia mengungkap beberapa bank mencatat terjadi pertumbuhan positif pada DPK selama pandemi virus corona.

"Ini tercermin peningkatan dana pihak ketiga yang tumbuh secara positif di perbankan karena mereka berpikir lebih baik menyimpan dana yang dimiliki ke sana," ungkapnya.

-
Tangkapan layar dari aplikasi YouTube, Mantan Menteri Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukita. (INDOZONE/Sigit Nugroho)

 

Tak hanya itu, peningkatan simpanan masyarakat juga bisa dilihat dari melonjaknya harga emas dalam beberapa waktu terakhir. Pemilik dana cenderung menyimpan investasi dalam bentuk logam safe-haven tersebut, karena dianggap sebagai simpanan yang tahan banting dalam segala kondisi.

"Bagaimana peningkatan harga emas. Emas ini adalah investasi cadangan likuid dan terjamin. Harusnya property lebih bagus tapi ternyata lebih memegang emas. Kemudian didorong lagi dengan hal-hal spekulatif, begitu emas meningkat harganya berspekulasi makanya penjualan online emas meningkat tajam," tuturnya.

Enggar berharap, pemerintah membuat suatu kajian yang komprehensif dan mengeluarkan kebijakan yang bisa memicu masyarakat untuk mau membelanjakan kembali uangnya, agar perekonomian bisa terdongkrak dan Indonesia lepas dari jurang resesi.

"Ini pekerjaan rumah kita, bagaimana mendorong masyarakat mengeluarkan uang, mau membelanjakan uangnya," pungkasnya.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X