Ditjen Imigrasi Pakai Sosial Media untuk Perbaiki Layanan Publik

- Rabu, 6 November 2019 | 08:00 WIB
Sosial media jadi wadah ampuh memperbaiki pelayanan publik di Ditjen Imigrasi (Pexels).
Sosial media jadi wadah ampuh memperbaiki pelayanan publik di Ditjen Imigrasi (Pexels).

Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menggunakan sosial media untuk membantu menyosialisasikan program-program kerja humas, hingga memperbaiki layanan pengurusan paspor di kantor imigrasi. 

Analis Pengaduan Masyarakat Ditjen Imigrasi, Muhammad Fijar Sulistyo, mengatakan Ditjen Imigrasi kali pertama memanfaatkan sosial media untuk sosialisasi pada 2014. Seiring perjalanan, penggunaan sosial media telah membantu menyelesaikan berbagai persoalan, utamanya dalam pelayanan publik. 

"Ditjen imigrasi mulai menggunakan beberapa platform yang bisa kami manfaatkan untuk pelayanan publik. Contohnya jika zaman dahulu mengurus paspor, antrian mulai jam 4 pagi, itu yang kemudian kami ubah dengan platform WhatsApp dengan antrian pasport. Jika dulu harus mengantri dari subuh, kini sudah dapat dilayani pakai WhatsApp dari rumah saja," kata Fijar di Jakarta, Selasa (5/11). 

Fijar menilai pemanfaatan platform digital itu terbukti mengurangi antrian yang kerap terjadi saat mengurus paspor, sekaligus memperbaiki kualitas pelayanan Ditjen Imigrasi. 

"Sekarang jika dilihat di kantor imigrasi itu dulu penuh, orang menunggu di warung-warung. Sekarang kosong karena hanya orang-orang tersebut yang datang pada jam tersebut yang akan dilayani," tutur Fijar.

Selain itu, platform WhatsApp gateway juga dimanfaatkan oleh Ditjen Imigrasi untuk menyebarkan informasi.

"Jadi, misalnya sedang mengurus paspor, hari ini sudah wawancara dan foto, kemudian hari ini bayar, sudah pulang dan nanti hari ketiga paspor sudah jadi. Jadi misal pada hari kedua, kita bisa tanya apakah pasport saya sudah jadi? Nanti dijawab otomatis oleh mesin kami, paspor Anda sudah jadi dan silahkan diambil besok pada pukul sekian," tuturnya. 

Berdasarkan studi Facebook Indonesia bersama Pricewaterhousecooper (PwC) Indonesia dan Institut Development for Economics and Finance (Indef), 95 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) mengatakan aplikasi-aplikasi Facebook, Instagram dan WhatsApp memudahkan mereka menjangkau masyarakat. 

Sebanyak 67 persen responden ASN yang diwawancarai menggunakan sosial media Facebook untuk memantau sentimen dari masyarakat, serta 83 persen dari responden ASN memakai Facebook untuk menerima dan menjawab masukan dari masyarakat. (SN)

Artikel Menarik Lainnya

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X