Tifatul Beri Penjelasan Perihal Pernyataan Edy Mulyadi ‘Jin Buang Anak’

- Rabu, 26 Januari 2022 | 10:11 WIB
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring. (pks.id)
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring. (pks.id)

Politikus Partai Keadilan Sosial (PKS) Tifatul Sembiring memberikan penjelasan terkait pernyataanya seputar polemik Edy Mulyadi yang menyebut bahwa Kalimantantempat jin buang anak’.

Tifatul menegaskan pernyataannya itu tidak terkait dengan kehebohan di Kalimantan Timur sebagaimana yang ada sebelumnya. Namun lebih kepada kalimat tempat jin buang anak itu konotasinya bukan menghina, tapi tempat sepi, seram dan jauh.

“Kalau pernyataan saya tersebut disalah fahami, saya mohon maaf yang setulus tulusnya,” kata Tifatul kepada wartawan, Rabu (26/1/2022).

Ia menjelaskan bahwa dalam wawancara merespon pertanyaan terkait pengesahan Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN). Di mana ia memandang pemindahan Ibu Kota terkesan buru-buru.

Kemudian, lanjut Tifatul, hal-hal pokok yang seharusnya menjadi prioritas ditangani oleh pemerintah sekarang ini adalah mengatasi dampak dari pandemi Covid-19.

“Nah pindah ibukota ini kan enggak ada yang mendesak, ditunda dulu lah. Biayanya tinggi, beban APBN berat, perlu dukungan kebutuhan dasar makanan, air dan energi untuk membangun Ibu Kota baru,” tegas Tifatul.

Kemudian Tifatul menyampaikan jika dirinya menjawab pertanyaan juga dari awak media apakah Edy Mulyadi  merupakan kader PKS. Kemudian ia mengiyakan bilamana Edy merupakan caleg PKS dan tidak aktif sebagai kader.

Maka dari Tifatul menegaskan apabila semua pernyataan Edy Mulyadi, adalah bersifat pernyataan pribadi, tidak bisa mewakili PKS. Tetapi dia menyatakan jika Edy sudah minta maaf, tidak ada maksud menghina atau melecehkan masyarakat Kaltim.

“Sebaiknya dimaafkan, ya sudahlah,” urai Tifatul.

Lebih jauh Tifatul mengungkapkan apabila istilah yang disampaikan Eddy kerap digunakan oleh orang-orang Jakarta. Berdasarkan pertanyaanya kepada tokoh Betawi, kalimat tempat jin buang anak itu adalah tempat sepi, seram dan jauh dari keramaian.

“Jadi konotasi kalimat itu bukan untuk merendahkan atau menghina. Sayapun dulu, waktu mau pindah ke Depok dari Tanah Abang, teman-teman bilang, “Eh lu mau pindah ke tempat jin buang anak?”. Dulu Depok memang masih sepi,” urai Tifatul.

Setelah itu, Tifatul dimintai pandangan tentang ketersinggungan etnis yang terjadi belakangan ini. Ia pun menerangkan, jumlah penduduk Indonesia 276 juta jiwa yang terdiri dari 1.340 suku, lebih dari 800 bahasa, 17.508 pulau, serta berbagai macam adat dan budaya.

Sehingga, lanjut dia, segenap bangsa harus kerja sama dan berinteraksi satu sama lain untuk membangun Indonesia. Dia berkata, masyarakat jangan mudah salah paham dan tersinggung.

“Misalnya orang Medan kalau ingin meyakinkan orang lain, nada bicaranya agak tinggi. Itu bukan menghardik, tapi sekedar menekankan. Kalau dikit-dikit tersingung, baper, kapan nikahnya kita,” tandasnya.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X