Ahli dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, Msi mengungkapkan, fenomena radikalisme sudah mewabah pada kelas menengah ke atas, khususnya di lingkungan TNI/Polri dan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Atang pun meminta agar semua pihak selalu bersikap waspada agar tidak terjadi pola gerakan dari dalam.
"Sebagai sebuah paham, radikalisme menjustifikasi perubahan sistem sosial dan politik dengan cara-cara kekerasan. Jika ideologi ini menjadi pola pikir oknum TNI/POLRI dan ASN, maka harus diwaspadai agar tidak terjadi pola gerakan dari dalam," ujar Atang.
Atang menjelaskan, untuk mendeteksinya, tidak harus dilihat dari sisi simbolik seperti cara berpakaian. Misalnya seperrti mengenakan cadar atau celana cingkrang, berjenggot dan lain sebagainya.
Tidak semua yang bercadar, bercelana cingkrang dan juga yang jenggotan adalah radikal.
"Negara tidak harus sensitif terhadap simbolisme agar tidak menjadi tertuduh oleh publik," ujar Atang.
Atang juga mengatakan, negara harus bersikap lebih manusiawi agar bisa mengidentifikasi gerakan radikal dalam tubuh birokrasi, TNI dan Polri.
Jadi, oknum yang sudah terpapar radikalisme tidak menggalang kekuatan, dan malah melakukan perlawanan terhadap negara dari dalam.