Jangan Salah, Pelukan Jokowi Bentuk Peringatan Keras Tertibkan Barisan

- Selasa, 12 November 2019 | 14:08 WIB
Presiden Jokowi berpelukan dengan Surya Paloh ketika HUT ke-8 Nasdem di Jakarta International Teathre, Jakarta, Senin (11/11). (Antara/Indrianto Eko Suwarso)
Presiden Jokowi berpelukan dengan Surya Paloh ketika HUT ke-8 Nasdem di Jakarta International Teathre, Jakarta, Senin (11/11). (Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai aksi pelukan erat antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bukan sekedar candaan atau harmonisnya hubungan diantara keduanya.

Dia menilai itu peringatan keras Jokowi sebagai kepala negara dan pemimpin dalam koalisi pendukungnya. Hendri tak menampik yang dilakukan Jokowi semalam sebagai bentuk untuk menertibkan koalisinya.

"Pidato Jokowi semalam itu peringatan keras, bukan cuma masalah pelukan yang diambil pusing, yang dibesar-besarkan. Intinya bukan itu, presiden tegas mengatakan hal tersebut bukan cuma lucu-lucuan," jelasnya saat dihubungi, Selasa (12/11)

Bukan hanya itu, dalam pidatonya juga Jokowi bicara soal impor. Dia menegaskan akan fokus untuk mengurangi defisit neraca perdagangan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengurangi impor, khususnya minyak. Dia tak segan-segan memberikan peringatan kepada semua pihak untuk tidak menghalanginya mengatasi masalah ini.

Hendri menyatakan peringatan tersebut sangat menyindir Nasdem karena Menteri Perdagangan periode pertama Jokowi, Enggarstiato Lukita merupakan kader dari partai besutan Surya Paloh. 

"Di sana dia keras bahkan hingga bicara impor minyak. Kenapa bicara impor di Nasdem, itu punya makna yang mendalam bagi nasdem harusnya," tegasnya. 

(MA) 

Artikel Menarik Lainnya: 

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X