Indonesia Nomor 2 Sampah Terbanyak di Dunia, Ini Respons Pemerintah

- Senin, 24 Juni 2019 | 15:22 WIB
Pixabay
Pixabay

Dalam salah satu unggahannya di Instagram, aktor Hollywood Leonardo Dicaprio, menuliskan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua sebagai negara paling banyak polusi plastik per tahun setelah China.

"Indonesia berada di peringkat kedua polusi plastik terbesar di dunia setelah China dengan laporan menghasilkan 187,5 ton sampah plastik per tahun, sekitar 1 juta ton di antaranya bocor mencemari laut," tulis Leonardo Dicaprio sebagai caption di Instagram-nya @leonardodicaprio pada 15 Maret 2019.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Leonardo DiCaprio (@leonardodicaprio) on

Terlihat dalam foto hasil jepretan Elisabeth Zavoli tersebut, tiga laki-laki dari Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, sedang menangkap ikan pada genangan air limbah sampah bercampur lumpur.

Menanggapi postingan yang tersebar itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPST Bantargebang di Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto angkat bicara.

Dia mengatakan, TPST Bantargebang itu merupakan lokasi penimbunan sampah (landfill) terbesar di Asia Tenggara. Untuk volume eksisting sampah saat ini, kata Asep, berkisar 26 juta meter kubik.

Volume itu meningkat setiap tahun berkisar 400 hingga 1.000 ton dengan komposisi 33 persen sampah plastik, sisa makanan 39 persen, 9 persen kain, 3 persen kulit atau karet, sampah B3 4 persen, kayu atau rumput 4 persen, kertas 4 persen, dan jenis lainnya 4 persen.

-
ANTARA/Andi Firdaus

Memang, Asep tidak memungkiri keberadaan sampah di Bantargebang berkontribusi negatif pada pencemaran di sekitarnya. Mulai dari, pencemaran air tanah, polusi udara, hingga ancaman penyakit.

"Lingkungan sekitar sudah pasti tercemar. Akan tetapi, kami upayakan untuk meminimalisasi dampak tersebut," kata Asep.

Dia menerangkan bahwa Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah menerapkan sejumlah komponen fasilitas pengolahan untuk menekan volume sampah eksisting TPST Bantargebang. 

-
ANTARA/Shofi Ayudiana

Pertama, fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif refuse derived fuel (RDF) sebagai pengganti batu bara. Kedua, teknik pengomposan untuk mengurangi sampah jenis organik seperti daun, sayur, ranting, dan sejenisnya menjadi pupuk berkapasitas produksi 40 ton per hari.

Terakhir, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan kemampuan produksi listrik berkisar 400 KWh dari 100 ton pembakaran sampah non organik, sejak 25 Maret 2019 di sisi selatan TPST.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X