Milenial Lampung Diharapkan Aktif Bantu Cegah Radikalisme

- Minggu, 15 Desember 2019 | 11:49 WIB
Para pembicara dalam diskusi yang digelar DPD Mapancas Provinsi Lampung. (DPD Mapancas Provinsi Lampung)
Para pembicara dalam diskusi yang digelar DPD Mapancas Provinsi Lampung. (DPD Mapancas Provinsi Lampung)

Generasi muda dengan berbagai kelebihan dan keunggulan yang dimiliki saat ini, bisa menjadi salah satu elemen dalam menangkal perkembangan radikalisme di Indonesia. Bahkan, para milenial diharapkan bisa menjadi motor mencegah radikalisme dengan memanfaatkan media sosial.

Ini menjadi benang merah dalam diskusi publik bertajuk 'Generasi Muda Menangkal Radikalisme' yang digelar oleh DPD Mahasiswa Pancasila Provinsi Lampung. Dalam keterangan yang diterima Minggu (15/12), diskusi ini diikuti puluhan milenial yang mewakili universitas dan organisasi kepemudaan se-Bandar Lampung.

Milenial sebagai motor penggerak bangsa di masa depan, diharapkan mampu menjadi pribadi yang berkarakter dalam membangun negara, sekaligus mencegah dan memerangi radikalisme yang identik dengan kekerasan. Untuk itu, milenial perlu memahami kearifan lokal Indonesia. 

"Beberapa penyebab seseorang dapat menjadi radikal adalah, adanya ketidakpuasan individu maupun kelompok terhadap keadaan sosial politik, faktor ekonomi, ketidakadilan, kelemahan memahmi agama, permainan isu dan media sosial, krisis wawasan kebangsaan dan kehilangan karakter," kata Stafsus Kanwil Kemenhan RI Provinsi Lampung Sairul Basri saat menjadi pemateri diskusi ini.

-
(DPD Mapancas Provinsi Lampung)

 

Sementara itu, akademisi Universitas Lampung Darmawan Purba yang juga hadir sebagai pembicara dalam diskusi ini menuturkan, generasi milenial dan gen-z tidak boleh terjebak dalam isu-isu agama dan nilai radikalisme, yang rentan memaparkan efek negatifnya. 

-
(DPD Mapancas Provinsi Lampung)

 

"Radikalisme adalah paham ideologi yang menginginkan perubahan mendasar dalam lingkup sosial politik dengan menggunakan kekerasan. Tidak ada kecenderungan ke satu agama, namun hal ini terus dihembus-hembuskan. Lingkungan kampus termasuk dalam komunitas yang rentan karena banyak terjadi diskusi dan mahasiswa rentan terpapar nilai-nilai radikalisme," katanya. 

Adapun pembicara KH Basyarudin Maisir selaku Sekretaris MUI Provinsi Lampung menambahkan, dengan menggunakan prinsip wasathiyah, Islam cocok di Indonesia karena mengajarkan untuk selalu berada di tengah-tengah.

“Sistem kenegaraan dalam Islam tidak mengatur bentuk negara. Sementara itu, Indonesia dibentuk atas dasar kesepakatan tokoh pimpinan dan semua agama. Jadi, jika ada orang yang baru datang lalu ingin mengganti Pancasila dengan nilai-nilai mereka, maka hal itu tidak diperbolehkan,” tegas Maisir.

Para pembicara mengamini, jika generasi milenial harus mengedepankan sisi positif untuk bersama-sama mencegah dan memerangi radikalisme, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Polres Langkat Musnahkan Barbuk Ganja dan Sabu

Rabu, 17 April 2024 | 11:20 WIB
X