Suster Ann Roza Nu Tawng kembali menjadi pembicaraan setelah bertaruh nyawa melindungi para demonstran penentang kudeta di Myanmar.
Di Kota Myitkyin, biarawati tersebut kembali berlutut dan memohon berkali-kali kepada militer agar tidak berbuat kekerasan, apalagi membunuh demonstran.
"Pertama kali saya memohon kepada polisi agar tidak memukul, tidak menangkap, tidak menindak para pengunjuk rasa, karena pengunjuk rasa tidak melakukan hal buruk, mereka hanya meneriakkan slogan-slogan," katanya, dilansir Sky News.
"Dan polisi mengatakan kepada saya 'kami dari sini, kami harus melakukan ini. Harap menjauh dari sini," lanjutnya.
"Saya menjawab, 'tidak, jika Anda ingin melakukan ini, Anda harus datang melewati saya!," kata Suster Ann.
Polisi Myanmar kemudian ikut berlutut bersama suster tersebut dan mengatakan bahwa mereka harus melakukan kekerasan semacam itu untuk menghentikan protes.
"Setelah itu, gas air mata digunakan dan saya kesulitan bernapas dan saya pusing, lalu saya melihat orang yang jatuh di jalan dan ditembak" getirnya.
Setidaknya, ada dua demonstran yang tewas dalam bentrokan tersebut. Dalam foto memilukan yang beredar di internet, terlihat Suster Ann lari tergopoh-gopoh penuh tangis melihat tubuh seorang pria tergeletak di jalan dengan luka tembak di kepala.
They are inhuman military.
— Moon Cherry Wine (@MoonCherryWine1) March 9, 2021
We are not safe.#WhatsHappeningInMyanmar #Mar9Coup pic.twitter.com/jJ8U66jr2B
After that the military coup police shots pic.twitter.com/kBURa2tVO7
— Myo Koko (@MyoKoko33554144) March 8, 2021
"Saya sangat sedih. Polisi mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak akan menindak atau menembak secara brutal, tetapi akhirnya mereka melakukannya," tambahnya.
"Saya melihat orang lain yang meninggal di tempat dan mengalami luka serius. Orang pertama yang tertembak di kepala masih bisa bernafas saat tiba di puskesmas dan orang-orang berusaha mengobatinya, tapi akhirnya meninggal," tutup Suster Ann Roza.
Sebelumnya, Suster Ann Roza juga menjadi perhatian karena berlutut di hadapan militer di Kota Kachin agar tidak berbuat kekerasan terhadap demonstran.
Setidaknya, 56 orang tewas dalam aksi demonstrasi di Myanmar dan ribuan orang ditahan sejak kudeta militer 1 Februari.