Setiap manusia tentu memiliki ambisi, harapan dan impian yang ingin sekali dicapai. Namun karena satu dan lain hal, terkadang harapan itu harus dikorbankan demi orang yang disayangi. Seperti yang dilakukan oleh dokter yang satu ini.
Pria bernama Faiq Syukri Saparudin ini menolak untuk menjadi dokter agar bisa merawat ayahnya yang sakit.
Pria berusia 28 tahun ini adalah mahasiswa kedokteran lulusan dari Royal Colleger of Surgeons di Dublin, salah satu kampus ternama yang ada di Malaysia pada tahun 2017 lalu.
Saat lulus dari pendidikan kedokterannya, Faiq mendapatkan tawaran untuk menjadi dokter di Rumah Sakit Batu Pahat, Malaysia. Namun ia menolaknya dengan alasan ingin mengurus ayahnya, Saparudin Arifin (61) yang mengalami stroke selama lima tahun terakhir.
Faiq juga merasa kasihan dengan ibunya, Suraya Adam yang berumur 53 tahun saat menjaga ayahnya. Karena alasan inilah Faiq memutuskan untuk tidak menjadi dokter agar memiliki banyak waktu dengan ayahnya.
Keputusan Faiq yang memilih untuk merawat ayahnya dibanding menjadi dokter dipandang sinis oleh orang-orang, namun ia tak terlalu memikirkannya. Ia bersyukur karena keluarganya bisa menerima dan mendukung keputusannya.
"Saya akhirnya membuat keputusan untuk tidak bekerja sebagai dokter dan inilah saatnya bagi saya untuk melayani mereka," ungkap Faiq.
Pria yang tinggal di Johor Baru, Malaysia ini mengatakan bahwa ibunya harus mengumpulkan banyak uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Ibunya bahkan menjadi agen produk kesehatan untuk menutupi pengeluaran.
Ayah Faiq sendiri adalah seorang mantan dosen di Universitas Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), yang harus pensiun karena masalah kesehatannya.
Kini, Faiq bekerja sebagai konsultan keuangan. Dengan melakoni pekerjaan ini ia merasa bisa merawat ayahnya dan mengurus sekolah adiknya. Sebagai lulusan dari studi kedokteran Faiq memiliki cita-cita untuk punya sebuah klinik di masa depan.
