Pembangunan manhole sebenarnya bisa saja tak membongkar bagian trotoar. Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga menjelaskan bahwa zaman Kepala Dinas Bina Marga Yusmada Faizal dimana ducking dibuat di sisi jalan raya.
Nirwono tak menyalahkan langkah Kadis Bina Marga saat ini Hari Nugroho memilih membangun di area trotoar, tetapi harus ada perencanaan yang tepat.
"Biasanya memang ada manhole yang di tepi jalan, ini zamannya Pak Yusmada jadi Kadis Bina Marga. Sekarang Pak Kadis Bina Marganya mau di bawah trotoar. Tidak masalah sebenarnya asal direncanakan sejak awal sehingga tidak perlu dibongkar seperti sekarang dan buang-buang uang rakyat," ungkap Nirwono kepada Indozone, Kamis (12/12).
Hal senada diungkapkan oleh Pengamat Tata Kota lainnya Yayat Supriatna. Ia menilai yang menjadi PR DKI Jakarta adalah adalah mengatur yang jaringan utilitas. Jika memang dari awal ada perubahan maka yang menjadi pertimbangan adalah penambahan fungsi.
"Dari perencananya dulu, apakah di lokasi tersebut, rancangannya sudah final atau belum. Ada penambahan fungsi atau tidak, jangan sampai tumpang tindih," kata Yayat.
Namun yang menjadi catatan Yayat adalah seharusnya saat membangun manhole, Pemprov DKI harus mengundang semua pihak yang memiliki kepentingan seperti PLN, PAM dan Telkom. Seharusnya dengan dibuatnya manhole ini jadi kesempatan DKI untuk menertibkan semua jaringan utilitas yang semrawut saat ini.
"Jadi seharusnya yang dilakukan itu PLN dipanggil PAM, Telkom? Kalian tahun depan mau buat jaringan dimana, misalnya di Cikini seperti ini di Kuningan seperti ini," tambahnya.
