Jutaan orang terdampak banjir yang terjadi sejak Selasa (20/7) di Kota Zhengzhou, China. 25 orang ditemukan meninggal dunia dan hingga Rabu (21/7) tujuh korban hilang masih belum ditemukan.
Sebelumnya 12 orang tewas dan lima lainnya mengalami luka-luka saat stasiun bawah tanah di Ibu Kota Provinsi Henan itu kemasukan air bah pada Selasa (20/7).
Sekitar 1,24 juta jiwa warga provinsi di wilayah tengah daratan China itu terkena dampak bencana terparah dalam satu dasawarsa terakhir.
Stasiun Zhengzhou Timur yang biasanya dalam sehari dilalui lebih dari 600 jadwal kereta api masih lumpuh akibat air dan endapan lumpur, demikian Global Times.
Beberapa penumpang yang sempat terjebak di stasiun tersebut dievakuasi ke tempat aman.
Baca juga: Gagal Jadi Tuan Rumah di Tahun 2032, Indonesia Bidik Olimpiade 2036
Petugas stasiun membagikan makanan dan minuman kepada beberapa penumpang yang masih tertahan di stasiun tersebut.
Aliran listrik di beberapa lokasi belum nyala sehingga sistem persinyalan di beberapa stasiun tidak berfungsi.
Presiden China Xi Jinping, Rabu, menginstruksikan otoritas di semua tingkatan memprioritaskan keselamatan warga.
Dia juga meminta semua pihak melakukan upaya pencegahan banjir dan meminimalkan korban jiwa serta kerugian harta benda.
"Tentara Pembebasan Rakyat dan Angkatan Polisi Bersenjata harus secara aktif membantu pemerintah daerah setempat dalam melakukan tindakan tanggap darurat," ujar Sekretaris Jenderal Partai Komunis China (CPC) yang juga membawahi Komisi Militer Pusat (CMC) itu.
Breaking: Major flooding is occurring due to heavy rain in Zhengzhou, China. The city recorded the highest single-day rainfall on record. pic.twitter.com/hiEAWjYd78
— PM Breaking News (@PMBreakingNews) July 20, 2021