Perbatasan Dilonggarkan, Penyeludupan Satwa Liar Meningkat

- Selasa, 21 September 2021 | 15:07 WIB
Trenggiling. (REUTERS/Prapan Chankaew)
Trenggiling. (REUTERS/Prapan Chankaew)

Selama pandemi Covid-19 perdagangan satwa liar berkurang drastis. Namun, setelah perbatasan dilonggarkan pihak berwenang di Asia Tenggara harus bertindak cepat untuk menghentikan penyeludupan satwa liar.

Setelah virus muncul tahun 2019 akhir, yang diduga berasal dari pasar Tiongkok tempat penjualan satwa liar, permintaan satwa liar, seperti sisik trenggiling, empedu beruang, cula badak turun drastis, karena orang-orang lebih sadar akan penyakit.

Tapi, perubahan itu hanya bersifat sementara, dan kemungkinan Asia Tenggara akan mengalami peningkatan perdagangan satwa liar. Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) memperingatkan dalam laporan internal yang ditujukan untuk lembaga penegak hukum di wilayah tersebut.

Baca juga: WHO Sebut Kemungkinan Peternakan Satwa Liar di China Jadi Sumber Pandemi COVID-19

Dilansir Reuters, Jeremy Douglas perwakilan UNODC untuk Asia Tenggara dan Asia Pasifik, mengatakan bahwa pandemi telah memberi pihak berwenang kesempatan berbuat lebih banyak untuk mencegah konsumen dan menekan jalur pasokan para pedagang satwa liar.

Namun, para penyelundup kembali merayap, sehingga penting untuk mempertahankan pemeriksaan perbatasan yang lebih ketat.

Asia Tenggara, salah satu kawasan paling kaya spesies di dunia, telah lama menjadi hotspot perdagangan satwa liar.

Permintaan tinggi satwa liar, yakni di China, Myanmar dan Thailand, di mana hewan digunakan untuk pengobatan tradisional atau dikonsumsi secara langsung.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X