Harga Minyak Dunia Anjlok, Pengamat: Pertamina Serba Salah

- Senin, 30 Maret 2020 | 13:45 WIB
Pekerja beraktivitas di kawasan kilang PT TPPI di Tuban, Jawa Timur. Pertamina berencana mengembangkan kawasan tersebut menjadi pusat industri petrokimia (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar).
Pekerja beraktivitas di kawasan kilang PT TPPI di Tuban, Jawa Timur. Pertamina berencana mengembangkan kawasan tersebut menjadi pusat industri petrokimia (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar).

Harga minyak dunia anjlok di kancah global. Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tercatat menembus angka USD19,62/barel pada perdagangan, Senin (30/3/2020) pagi, atau terkoreksi 6% dibandingkan penutupan perdagangan pekan kemarin. 

Kondisi tersebut mengguncang perusahaan migas dunia, termasuk Pertamina. Neraca keuangan perusahaan pun berubah drastis.

Meski demikian, Pertamina enggan merevisi rencana kerja investasi di sektor hulu karena memiliki target kenaikan produksi 1 juta barel perhari pada 2025. Target itu membuat Pertamina harus terus melakukan eksplorasi di sektor hulu untuk menemukan cadangan-cadangan minyak baru, agar produksi yang berada di kisaran 700 barel perhari bisa meningkat. 

Pengamat energi dari Energy Watch, Mamit Setiawan, menilai Pertamina tidak memiliki pilihan selain tetap melakukan investasi guna peningkatan produksi minyak, seperti yang ditargetkan pemerintah. 

"Terkait dengan Pertamina tidak akan merevisi rencana investasi, saya melihatnya mereka memang dalam posisi serba salah. Dengan kondisi di mana mereka sebagai BUMN harus bisa memenuhi target lifting yang diminta pemerintah. Apalagi dengan target 1 juta BOPD pada 2025 yang akan datang. Terlepas kondisi harga minyak saat ini yang sangat rendah," ujar Mamit kepada Indozone, Senin (30/3/2020). 

-
Petugas beraktifitas di sekitar Rig (alat pengebor) elektrik D-1500E di Daerah operasi pengeboran sumur JST-A2 Pertamina EP Asset 3 (ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar).

Menurut Mamit, sektor hulu adalah penyumbang revenue terbesar dalam struktur keuangan Pertamina. Perusahaan pelat merah itu tak ayal harus tetap meningkatkan investasi di sektor tersebut. 

"Kegiatan hulu juga tidak melulu menghasilkan minyak saat ini, tetapi juga kegiatan explorasi untuk tetap mencari cadangan migas baru," jelasnya. 

Selain itu, strategi lainnya juga tetap harus dilakukan Pertamina, termasuk melakukan optimalisasi sumur minyak yang sudah tidak produktif melalui metode-metode tertentu, misalnya WOWS atau EOR. 

"Perlu dilakukan Pertamina saat ini adalah melakukan efisiensi dalam setiap operasional mereka. Jangan sampai dengan harga saat ini, beban cost per barel mereka jauh sekali selisihnya dengan harga minyak. Sehingga tidak terlalu over budget. Semua kontrak dengan service company jika jatuhnya harga minyak ber kepanjangan, harus di re-negosiasi," pungkasnya.  

Sebagai informasi, rencana investasi Pertamina meningkat USD7,8 miliar atau sekitar Rp126 triliun pada 2020, naik sebesar USD4,2 miliar dari 2019.

Investasi terbesar dialokasikan ke sektor hulu dengan nilai investasi mencapai USD3,7 miliar. Rencananya perusahaan itu akan menggunakan mayoritas dana investasi untuk kegiatan pengeboran sumur migas. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X