Tren Bersepeda Melejit, Pakar Transportasi Sebut Sepeda Entitas Unik yang Miliki Identitas

- Jumat, 3 Juli 2020 | 14:25 WIB
Sejumlah warga bersepeda di lingkar jalan Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/6/2020). (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Sejumlah warga bersepeda di lingkar jalan Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/6/2020). (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Tren masyarakat bersepeda meningkat. Bersepeda dianggap lebih aman, meningkatkan imun terhadap tubuh di masa pandemi. Namun baru sebatas bersepeda untuk berolah raga. Belum membudaya bersepeda untuk aktivtas keseharian.

"Tren bersepeda tengah naik daun di masa pandemi ini. Minat bersepeda meningkat, terutama di kota-kota besar saat penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB). Tren bersepeda menjadi budaya baru masyarakat perkotaan di Indonesia. Di Jakarta meningkat hingga 10 kali lipat," kata Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat melalui keterangan tertulisnya pada Indozone.id, Jumat (3/7/2020).

Sementara itu menurut survey ITDP, tren peningkatan masyarakat menggunakan sepeda meningkat 1000 persen saat PSBB di Jakarta dibanding bulan Oktober 2019. 

Hal serupa juga terjadi di sejumlah kota lainnya, seperti Yogyakarta, Semarang, Surakarta, Bandung, Surabaya. Tren penjualan sepeda juga turut meningkat dan pembeli harus antri untuk mendapatkannya. Industri sepeda turut menggeliat, urung melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Mengapa sepeda menjamur sekarang? Kata Djoko, sepeda adalah entitas unik yang memiliki identitas. Sepeda adalah lambang kebebasan, karena rentang pelayanan pergerakannya. Sepeda (relatif) tidak menuntut financial power yang besar. Sepeda kental berdimensi (aspek) kesehatan (Harmein Rachman, Juni 2020).

Jenis jalur sepeda

Pertama, jalur sepeda (bike path). Jalur Sepeda tidak berbagi ruas wilayah dengan pergerakan kendaraan lain, dapat bersama/terpisah dengan pejalan kaki.

Menurut Djoko jalur sepeda harus diperkeras (disemen, paving) lebar 1,5 meter. Lokasi dapat dibangun sepanjang tepi jalan raya (jika lebar jalan memungkinkan), sempadan sungai (jalur inspeksi), jalur hijau rel kereta api (urban park connector).

Kedua, lajur sepeda (bike lane). Lajur Sepeda berbagi ruas wilayah dengan pergerakan kendaraan lain dan pergerakan manusia, bertumpangan dengan ruas jalan atau pedestrian. Jika lebar lebih dari 6 meter, rapi, pedestrian dapat digunakan untuk pejalan kaki dan sepeda. Jika tidak, Lajur sepeda di tepi kiri jalan, dicat selebar 1,5 meter, warna tegas (rekomendasi dengan warna hijau). 

Ketiga, rute sepeda (bike route). Jalur Sepeda yang dikembangkan di kawasan perumahan, perkantoran, terpadu (super blok).  Jalur sepeda cukup dipasang rambu dan marka sepeda untuk petunjuk pesepeda di titik-titik strategis, seperti persimpangan jalan, bangunan yang menyediakan parkir sepeda.  

Disamping itu memperbanyak penyediaan parkir sepeda yang berkualitas. Penyediaan parkir sepeda, baik parkir sepeda gratis dan/atau sewa, seperti di sekolah, kampus, stasiun, pasar, pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat ibadah dan tempat rekreasi. Menyediakan informasi terkini tentang lokasi-lokasi parkir sepeda yang ada dan yang akan dibangun.

Evolusi bike sharing

Seiring dengan perkembangan penggunaan sepeda yang meningkat dan kemajuan teknologi informasi, pemanfaatan teknologi informasi sudah dapat dilakukan untuk bike sharing. Pada generasi pertama, masih manual, tanpa teknologi, lokasi bebas dan sepeda tidak tahan lama. Bisa jadi juga ada kehilangan sepeda. Membutuhkan kejujuran bagi yang menyewa sepeda. 

"Generasi kedua, dengan sistem koin, sepeda disimpan di stasiun, spesifikasi sepeda unik dari sepeda umumnya. Jika kehilangan, sepeda mudah ditemukan, karena bentuknya beda dengan sepeda pada umumnya," kata Djokowi.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X