Polisi Bakal Pertemukan Kivlan Zen dengan Habil Marati

- Selasa, 18 Juni 2019 | 15:11 WIB
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Kepolisian bakal mempertemukan tersangka dugaan kasus kepemilikan senjata api ilegal, Kivlan Zen, dengan Habil Marati di Polda Metro Jaya, Selasa (18/6/2019) sore WIB.

Pertemuan itu dilakukan berkaitan kasus ancaman pembunuhan empat tokoh nasional, antara lain Luhut Binsar Pandjaitan, Wiranto, Budi Gunawan, Gories Mere, serta seorang bos lembaga survei, yakni Yunarto Wijaya. 

"Kami semua akan hadir sekitar pukul 17:00 WIB di Polda Metro Jaya," kata kuasa hukum Kivlan, Muhammad Yuntri.

Yuntri menyebut kliennya juga akan dihadapkan dengan tersangka lainnya, yakni Iwan Kurniawan. Selain itu, Kivlan pun bakal bersua Titi dan Azmi, yang berstatus saksi dalam kasus tersebut. 

"Iya nanti ada lima orang, ada Habil Marati, Iwan Kurniawan, Kivlan, Titi, dan Azmi. Ini semua pihak yang ada di unit II terkait dengan tersangka Habil Marati," ujar Yuntri.

Pada pemeriksaan sebelumnya, Senin (17/6/2019), Yunitri mengatakan Kivlan membantah semua keterangan yang disampaikan tersangka Iwan yang menurutnya adalah saksi kunci dalam kasus Habil Marati.

"Saksi kunci daripada Habil Marati itu Iwan. Nah, kami bantah semua itu. Nanti akan dibuktikan ketika dikonfrontasi apa iya ada keterlibatan Kivlan di situ," ucap Yuntri.

Jika hasil pertemuan tidak dapat membuktikan keterlibatan Kivlan, menurit Yuntri, polisi wajib membebaskan mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) tersebut.

"Ini akan menentukan apakah benar atau tidak berita yang disangkakan kepada Habil Marati. Kalau tidak sesuai, nanti Kivlan dibebaskan dari situ," lanjut Yuntri.

Sebelumnya, Kivlan mengakui telah menerima uang dari Politikus PPP, Habil Marati, sebesar 4.000 dolar Singapura atau setara Rp 42,4 juta.

"Mengakui, tetapi tidak sesuai dengan tuduhan. Uang itu hanya untuk demo (Supersemar). Tidak ada kaitan sama sekali dengan masalah pembelian senjata. Membunuh tidak ada sama sekali," tegas Yuntri.

Dalam pemeriksaan terakhir, Kivlan memberikan nomor rekening ke penyidik untuk mengecek uang yang masuk. "Ada satu Rp 50 juta. Kemudian, yang satu lagi 4.000 dolar Singapura untuk kegiatan antikomunis atau supersemar di Monas," tutur Yuntri.

Menurut Yuntri, Kivlan dan Habil sudah saling kenal sejak 2018. Mereka bersua lewat grup di media sosial WhatsApp (WA). 

Adapun habil memberikan uang kepada Kivlan, tanpa mengharapkan imbalan. "Sukarela saja. Mereka kenal dari WA grup. Itu grup untuk diskusi saja tentang masalah kebangsaan. Itu ada gerakan GMBI, karena di diskusi itu berkembang butuh uang untuk keperluan gerakan antikomunis, beliau (Habil) kasih," terang Yuntri.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X