Festival Ghantakarna, Ritual Pembakaran Setan di Nepal

- Kamis, 1 Agustus 2019 | 14:54 WIB
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Festival Ghantakarna adalah ritual untuk merayakan kekalahan iblis dalam mitos Ghantakarna yang menyimbolkan penghancuran kejahatan.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Festival ini dilaksakan setiap tahun pada hari ketiga (trayodashi) dari bulan Shrawan (Juli atau Agustus) di Bhaktapur, Nepal. Masyarakat di sana menyebutnya Ghantakarna Chaturdasi.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Menurut legenda yang dipercaya oleh masyarakat setempat, setan bernama Ghantakarna sering meneror penduduk desa dengan mencuri anak-anak dan perempuan di desa itu. Dia biasa meminta uang dan hadiah lain dari penduduk desa.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Tubuh setan Ghantakarna dicat merah, biru dan hitam dengan sepasang lonceng di telinganya. Wajahnya sangat menyeramkan dan setiap kali dia bergerak maka loncengnya akan berbunyi nyaring.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Nama Ghantakarna diambil dari dua kata yaitu ghanta artinya lonceng, dan karna berarti telinga. Dalam ritual ini, masyakarat membuat patung setan Ghantakarna dari jerami. Patung ini nantinya akan dibakar sebagai simbol penghancuran kejahatan.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar
-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Namun sebelum dibakar, masyarakat setempat beramai-ramai mengarak patung tersebut selama festival berlangsung. Masyarakat meyakini bahwa ritual itu bisa mengusir roh jahat dan hantu Ghantakarna.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Selain membakar patung, beberapa wanita yang sudah memiliki anak harus mengayunkan anaknya di atas sisa pembakaran patung tersebut supaya anak mereka tidak diganggu oleh setan Ghantakarna.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Meskipun secara bertahap mulai menghilang, ritual legenda setan Ghantakarna masih sering diperankan dalam bentuk drama yang digelar di jalanan. Seorang pria akan berperan sebagai Ghantakarna dalam drama itu dengan mengolesi dirinya dengan cat putih dan berkeliaran di sekitarnya.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Para ahli berpendapat bahwa festival ini mungkin merupakan peninggalan dari penyembahan berhala kuno di lembah Kathmandu. Masyakarat setempat memakai cincin besi di jari-jari mereka dengan keyakinan bisa melindungi diri mereka sendiri dari iblis dan roh jahat.

-
photo/REUTERS/ Navesh Chitrakar

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X