BI: Kerugian Imbas Banjir Jakarta Capai Rp960 Miliar

- Jumat, 28 Februari 2020 | 18:04 WIB
Warga menaiki perahu karet saat melintasi banjir di Jalan Kayu Putih Raya, Jakarta, Selasa (25/2/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)
Warga menaiki perahu karet saat melintasi banjir di Jalan Kayu Putih Raya, Jakarta, Selasa (25/2/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Hamid Ponco Wibowo, mengungkapkan banjir yang terjadi di DKI Jakarta pada 1 Januari 2020 mengakibatkan kerugian sebesar Rp 960 miliar.

Angka ini dinilai lebih kecil jika dibandingkan kerugian banjir yang terjadi pada beberapa tahun sebelumnya.

"Tahun 2002 itu kerugian kita DKI Jakarta akibat banjir mencapai Rp9,8 triliun," kata Ponco dalam sebuah diskusi di Jakarta, Pusat, Jumat (28/2/2020).

"Kami ini menghitung secara umum, dan menghimpun data-data dari asosiasi. Setelah dijumlahkan angkanya kira-kira sekitar Rp1 triliun," ujarnya.

Hamid menyampaikan, akibat banjir Jakarta, banyak sektor yang mengalami kerugian maupun terdampak. Seperti sektor perdagangan, transportasi, pergudangan dan logistik, dan jasa keuangan.

"Banjir kemarin itu ada beberapa bank yang tidak beroperasi, ditambah dengan banyaknya toko ritel yang juga tutup dan aksesnya yang terhambat," sebut dia.

Berdasarkan catatan BI DKI Jakarta, kerugian akibat di Jakarta sangat bervariasi besarannya. Rincinya pada 2002 kerugian banjir di Jakarta mencapai Rp9,8 triliun, pada 2007 kerugiannya Rp8,8 triliun, 2013 kerugian banjir di Jakarta mencapai Rp1,5 triliun, tahun 2014 kerugian sebesar Rp5 triliun, dan tahun 2015 sekitar Rp1,5 triliun.

"Kita bandingkan dengan tahun sebelumnya masih dikategorikan sangat rendah karena recovery-nya sangat cepat, surutnya di Januari 2020 itu sangat cepat. Kalau 2007 itu sampai sepuluh hari surutnya, makanya berdampak sangat besar kerugiannya," bebernya.

Sementara itu, Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Sarman Simanjorang, mengatakan bahwa banjir 1 Januari 2020 jauh lebih besar kerugiannya dibandingkan banjir pada 25 Februari lalu di tahun yang sama.

"Karena 1 Januari itu kan tahun baru, jadi banyak pusat destinasi wisata sangat sepi dan kerugiannya tentu sangat besar, kalau sekarang (banjir 25 Februari) kerugiannya tidak lebih besar," kata Sarman terpisah.

Menurut Sarman, sebagai pelaku usaha, pihaknya meminta agar Pemprov DKI agar menjalin komunikasi lebih intensif terutama dengan BMKG. Ini dilakukan agar informasi tentang kemungkinan adanya hujan lebat dapat diketahui dengan cepat.

"Kami usul Pemprov DKI membuat warning bulan siaga banjir, sehingga kalau ada banjir dunia usaha masyarakat bisa mengantisipasi. Jakarta pasti banjir tapi dampaknya bisa dikurangi," tandasnya.

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X