Memahami Humble Bragging, Pamer Terselubung 'Merendah Untuk Meroket'

- Rabu, 23 Oktober 2019 | 13:16 WIB
photo/Ilustrasi/bigthink.com
photo/Ilustrasi/bigthink.com

Setiap harinya pasti kita berinteraksi dengan bermacam-macam karakter orang. Dari sekian banyak manusia yang ditemui, setidaknya kita pernah bersinggungan dengan orang yang hobi pamer. Hanya saja, budaya pamer saat ini tidak lagi dengan sikap dan perkataan yang blak-blakan. Tapi, kebanyakan orang mulai membalutnya dengan kata-kata bernada keluhan atau disebut dengan istilah 'humble bragging'.

Humble bragging adalah sikap menyombongkan diri secara terselubung. Seseorang yang melakukan humble bragging biasanya mengatakan hal yang saling bertolak belakang dengan niat aslinya. Tujuannya pasti untuk mendapatkan pujian dari orang lain dan terkesan rendah hati, padahal sebenarnya tidak demikian.

Seseorang yang hobi melakukan humble bragging biasanya terlihat dari kalimat yang diucapkan, bagaimana dia menceritakan sesuatu secara berulang dan terus-menerus, tapi dengan nada merendah. Misalnya, "Duh, aku kok bisa ya dapat nilai 100 ujian? Padahal aku cuma belajar satu hari sebelum ujian loh", atau seperti ini, "Akhirnya, sampai juga di rumah, lumayan capek juga liburan seminggu di Singapore".

-
photo/Ilustrasi/Business Insider

Nah, bisa dilihat dari dua kalimat tersebut di mana seseorang ingin menunjukkan bahwa dirinya penting, juga hebat, serta ingin diperhatikan. Dan itulah yang menjadi salah satu alasan seseorang bersikap humble bragging.

Jika seseorang tersebut mendapat respons kurang menyenangkan atau justru tidak direspons sama sekali oleh lingkungannya, dia akan semakin berusaha untuk terus diperhatikan. Dampaknya, ia semakin sering melakukan humble bragging atau mencari komunitas lain yang dapat memberikan perhatian.

Studi dari Harvard Business School mengemukakan bahwa pamer terselubung yang dibungkus dengan kalimat keluhan diketahui berdampak lebih buruk dibandingkan pamer secara blak-blakan.

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Sementara itu, berdasarkan Journal of Personality and Social Psychology yang ditulis oleh Ovul Sezer, ilmuwan bidang perilaku di University of North Carolina, Chapel Hill, menyebutkan bahwa orang dengan kebiasaan humble bragging jumlahnya semakin banyak dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial.

Menurut berbagai sumber, humble bragging bisa dikategorikan menjadi beberapa jenis, antara lain naive humble brag, self-deprecating humble brag, dan merendah untuk meroket.

Naive Humble Brag

-
photo/Ilustrasi/rd.com

Ini termasuk jenis humble bragging yang sangat polos atau naif. Jadi, segala macam pernyataan akan diungkapkan secara gamblang. Seseorang akan membuat pengakuan bahwa dirinya humble. Para pelaku naive humble brag ini sering muncul di profil media sosial pertemanan atau semacamnya. Motifnya, ingin menunjukkan bahwa dia tidak sombong dan kooperatif.

Self-deprecating Humble Brag

-
photo/Ilustrasi/bigthink.com

Jenis humble bragging satu ini lebih merujuk ke penggunaan self-deprecating humor yaitu guyonan yang menjelek-jelekkan diri sendiri. Misalnya, seseorang yang mengatakan dirinya memiliki tampang pas-pasan sehingga susah dapat pasangan. Humble bragging kategori ini mungkin terdengar lebih bisa diterima karena menggunakan kalimat candaan, meski sedikit bernuansa satir atau sarkas.

Merendah Untuk Meroket

-
photo/Ilustrasi/hombresinlimite.com

Nah, kalau yang satu ini termasuk jenis humble bragging paling tinggi, di mana kesan pamer terlalu menonjol ketimbang nada mengeluhnya. Bahkan, terkadang hal yang diungkapkan itu serasa tidak sepantasnya untuk dipamerkan kepada orang banyak.

Jadi intinya, humble bragging ini merupakan sikap seseorang untuk mendapatkan pengakuan akan eksistensi dirinya. Ia menunjukkan kekurangannya, tapi niat sebenarnya ingin dipuji karena kelebihannya. Sikap seperti ini tidak baik jika terus-menerus dilakukan. Bukannya mendapat simpati orang lain, tapi justru bisa dibenci banyak orang. 

Toh, jika memang kita memiliki kelebihan, tidak ada salahnya untuk menunjukkan hal itu selama tidak menyinggung atau menyudutkan pihak lain. Bersikaplah apa adanya dan sewajarnya, maka di mana pun kita berada akan lebih dihargai oleh orang-orang di sekitar.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X