Virus corona atau Covid-19 menjadi pandemi di dunia. Kondisinya mengkhawatirkan, 1.133.455 kasus, 60.381 jiwa meninggal dunia, dan 236.000 lainnya berhasil sembuh.
Ilmuwan berbondong-bondong meneliti virus corona baru. Awalnya, virus ini sempat disebut sebagai virus dengan penyakit pneumonia misterius.
Dalam penelitian Araujo dan Naimi (2020), dapat disimpulkan sementara bahwa negara-negara dengan lintang tinggi cenderung mempunyai kerentanan lebih tinggi dibandingkan dengan negara tropis.
Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan "host immunity" seseorang, dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus.
Sementara, kondisi iklim tropis membuat virus lebih cepat menjadi tidak stabil. Akhirnya, penularan virus corona dari orang ke orang melalui lingkungan iklim tropis cenderung terhambat. Kapasitas peningkatan kasus terinfeksi untuk menjadi pandemi juga akan terhambat.
Mobilitas Manusia
Sementara, tim Gabungan BMKG-UGM meneiliti kasus virus corona di Indonesia. Penelitian melalui analisis statistik dan hasil pemodelan matematis. Hasilya, memang mengindikasikan cuaca dan iklim merupakan faktor pendukung untuk kasus ini, tapi pada outbreak pertama, khususnya yang terjadi di Tiongkok.
Namun pada kasus lainnya, ada perubahan penularan. Meningkatnya kasus ini, selain di Tiongkok, tampaknya lebih kuat dipengaruhi oleh pengaruh pergerakan atau mobilitas manusia dan interaksi sosial.
Virus corona menyebar di Indonesia sejak awal Maret 2020 yang lalu diduga akibat faktor mobilitas manusia. Selain itu, ada interaksi sosial yang lebih kuat berpengaruh, daripada faktor cuaca dalam penyebaran wabah Covid-19 di Indonesia.