Psikolog Katakan Gangguan Mood Jadi Indikasi Penyebab 'Bunuh Diri'

- Minggu, 17 November 2019 | 10:45 WIB
Ilustrasi/downtoearth.org
Ilustrasi/downtoearth.org

Salah satu staf subbagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah Denpasar, Psikolog Lyly Puspa Palupi S., mengatakan bahwa adanya gangguan mood pada seseorang bisa terindikasi menjadi penyebab munculnya orang yang berkeinginan untuk melakukan 'bunuh diri'.

"Kalau penyebab itu variatif, tergantung kasus setiap individu yang melakukan bunuh diri, salah satunya gangguan mood, hingga depresi sehingga ada keinginan untuk bunuh diri. Bisa dipahami ketika seseorang mengalami kesedihan mendalam, merasa tidak berdaya, tidak ada yang bisa menolongnya akhirnya memutuskan untuk bunuh diri," katanya saat dikonfirmasi di Denpasar, Minggu.

Selain itu, ia mengatakan bahwa faktor kepribadian juga berpengaruh, seperti individu yang cenderung introvert, kurang suka bersosialisasi, sering memendam masalah sendiri rentan munculnya ide bunuh diri, terutama saat menghadapi masalah yang berat.

Ia menambahkan, kondisi psikis tertentu yang menyertai juga berpengaruh misalnya depresi, gangguan cemas, gangguan kepribadian, trauma, psikotik, atau dalam pengaruh penggunaan NAPZA.

"Masalah kehidupan sosial pun bisa memunculkan keinginan orang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri, misalnya karena stress berat akibat menghadapi sakit parah menahun, kondisi ekonomi yang kurang dalam waktu yang berkepanjangan, putus cinta, gagal dalam kehidupan akademik maupun karier pun kerap menjadi alasan seseorang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri," jelas Psikolog Lily Puspa.

Menurutnya, keberadaan individu yang memutuskan untuk bunuh diri, biasanya dilakukan oleh orang yang merasa tidak memiliki alternatif solusi masalah, lingkungan sosial yang kurang membantu, dan karakter pribadi yang mudah putus asa sehingga sulit dalam memotivasi diri sendiri untuk bangkit dari masalah.

Semua kalangan rentan alami kondisi serupa

-
Ilustrasi/theconversation.com

Ia mengatakan dari semua usia, baik remaja atau orangtua rentan mengalami kondisi serupa. Hal ini dikarenakan setiap tahapan usia memiliki tantangan, tuntutan, serta masalah tertentu yang membutuhkan kemampuan individu dalam mengelola emosi dengan baik, mencari solusi yang positif, serta menjalin hubungan sosial yang baik.

"Kebetulan kalau saya jarang menangani kasus seperti ini, tapi kalau kita lihat trend nya memang cenderung meningkat ya," sebut Lily.

Lily pun memberikan anjuran untuk tetap menjadi pribadi yang sehat secara fisik, jasmani, mental dan spiritual dan menghadapi masalah, tantangan hidup dengan keyakinan diri yang kuat.

"Tidak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain, jika ingin meraih sesuatu untuk menetapkan target atau keinginan yang realistis, selalu menjalin pertemanan dengan banyak orang di sekitar sebagai lingkungan yang bisa mendukung disaat sulit," jelasnya.

"Jika merasa memiliki beban masalah yang telah melampaui batas kemampuan untuk menyelesaikannya, jangan sungkan untuk menceritakan ke orang terdekat yang dapat dipercaya, usahakan untuk tidak memendam masalah seorang diri," ucapnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X