Pembatasan ataupun pelarangan salat berjamaah di masjid karena wabah corona tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Di negera-negara lain pun demikian, termasuk di Jerman.
Untungnya, toleransi antarumat beragama di negara bekas Nazi itu terjalin dengan sangat kuat. Setidaknya begitulah yang dirasakan oleh umat muslim di sana.
Salah satu buktinya, selama masa wabah corona, termasuk di bulan Ramadan, umat Kristen menyediakan gereja mereka untuk dipakai umat muslim salat berjamaah, termasuk untuk Salat Jumat. Pula disediakan ruang tambahan khusus agar umat muslim lebih khusyuk dalam melaksanakan salat sembari tetap bisa menjaga jarak fisik.
Dilansir Reuters, gereja tersebut adalah Gereja Evangelis St Martha Lutheran, yang berada di dekat Masjid Dar Assalam di Distrik Neuklin, Berlin. Masjid ini pada masa normal dapat menampung ratusan jamaah untuk salat. Namun selama masa wabah, pemerintah memberlakukan aturan bahwa masjid itu hanya dapat diisi oleh 50 jemaah pada waktu ibadah yang sama.
Imam Masjid Mohamed Taha Sabry pun sangat berterima kasih atas kebaikan yang diberikan oleh umat Kristen di Jerman.
"Sebagai simbol solidaritas mereka ingin memberikan kesempatan bagi kaum Muslim beribadah di gereja. Ini adalah inisiatif yang sangat baik," katanya.
Gereja Martha Lutheran memiliki gaya bangunan ala era neo-renaisans dengan dominasi bata merah. Gereja ini berada di Distrik Kreuzberg, Berlin, dan memberikan kesan yang kontras bila dibandingkan dengan pemandangan yang ada di Distrik Neukoelin.
"Sebenarnya cukup aneh juga bagi saya karena ada alat musik dan gambar-gambar. Namun pada akhirnya orang akan lupa dengan detail-detail (dekorasi) itu karena pada hakikatnya ini adalah rumah Tuhan," imbuh Tara Sabry.
Pendeta Monika Matthias selaku penggagas ide membuka gereja untuk umat muslim mengatakan, pihaknya membuka gereja mereka lantaran paham betapa berharganya bulan Ramadan bagi umat muslim.
"Kami berpandangan bahwa doa dan membuka diri pada sesama dan Tuhan membantu mempererat tali kemanusiaan dan perdamaian," ujar Monika, sebagaimana dilansir Deutsche Welle.
Gereja tersebut bisa menampung 100 jemaah pada dasarnya. Namun, pemerintah setempat tetap membatasi jumlah peserta maksimal sebanyak 50 orang, dengan tetap mematuhi aturan pembatasan jarak, meskipun rumah ibadah sudah diizinkan untuk kembali menggelar ibadah berjamaah sejak 4 Mei lalu.
"Saya sedikit terkejut mendengar ide ini, tapi perasaan saya senang. Inisiatif ini sangat indah," demikian kesan Ahmaed Bedir, salah seorang jemaah yang ikut salat di gereja tersebut.
"Ini sungguh sangat indah, sulit untuk dilukiskan. Inisiatif ini membuat Anda merasakan persaudaraan di antara sesama manusia," komentar Zeinab Om Abdel Rahman, jemaah lain.
Artikel Menarik Lainnya