Cerita Kebangkitan Band Cokelat Selama 23 Tahun Warnai Musik Indonesia

- Senin, 7 Oktober 2019 | 13:58 WIB
photo/Instagram/@cokelat_band
photo/Instagram/@cokelat_band

Perjalanan band Cokelat selama 23 tahun mewarnai belantika musik Indonesia melalui lagu-lagu beraliran rock alternatif tidak selamanya mulus. Ada momen melesat ke jajaran band papan atas, namun ada juga saat terpuruk.

Album #LIKE! yang dirilis pada 2016 menjadi tonggak baru dalam kebangkitan mereka setelah ditinggal beberapa personel, serta perubahan manajemen dalam menghadapi perubahan bisnis rekaman.

-
photo/Instagram/@cokelat_band

"Salah satu momen terbaik adalah saat kami merilis album #LIKE!. Akhirnya orang melihat kami kembali dan mendapatkan kepercayaan publik," kata gitaris Cokelat, Edwin Marshal Sharif, beberapa waktu lalu.

"Itu zaman orang-orang bikin single doang. Tapi kami bikin album, tidak gampang," katanya.

Proses yang menguras keringat saat memproduksi album itu membuat Cokelat menemukan tim dengan kekuatan yang baru. Tim yang lebih solid karena mampu mengerjakan album itu secara mandiri, tanpa sokongan perusahaan rekaman besar alias indie.

-
photo/Instagram/@cokelat_band

"Akhirnya kami berempat saja dan ini kekuatan solid yang baru. Industri musik sedang kacau, band yang ganti vokalis lalu bubar itu banyak. Tapi kami tidak," kata dia.

Banyak yang mengira bahwa Cokelat terpuruk setelah vokalis pertama, Namara 'Kikan' Surtikanti memutuskan hengkang. Namun menurut Cokelat, saat terburuk adalah saat Ernest memilih gantung gitar dari band itu.

"Momen paling sulit saat Ernest keluar. Sementara itu berat banget buat kami semua, ditambah manajemen kurang ciamik saat itu," kata Ronny Febry Nugroho, pemain bass Cokelat.

"Saat itu gua baper, takes time untuk bisa menerima telepon Ernest," ujarnya.

-
photo/Instagram/@cokelat_band

Kendati demikian, hengkangnya Ernest membuat Cokelat menjadi lebih solid dengan formasi yang lebih ramping. Semua personel termotivasi untuk membuktikan bahwa Cokelat mampu menyuguhkan hal baru kepada penggemarnya.

"Kalau #Like! tak rilis, band ini kelar. Gua juga merambah bidang lain. Saking down-nya, pernah merasa apakah gua bukan musisi. Saat Kikan cabut itu biasa saja, tapi ketika fase kedua itu (Ernest keluar) baru benar-benar down," katanya.

"Kami rilis album sebagai jalan keluarnya. Semua personel merasa ini harus dirilis. Ini penting, bagaimana pun caranya," kata Ronny.

-
photo/Instagram/@cokelat_band

Ronny dan Edwin berpendapat selama 23 tahun berkarier, #LIKE! adalah album yang paling mereka banggakan karena album itu adalah 'turning poin' atau titik balik kebangkitan Cokelat.

Konsep Kuat

Cokelat bertahan berkat konsep yang kuat, memadukan musik rock yang maskulin dengan kekuatan syair yang dinyanyikan oleh vokalis perempuan. Kendati terkenal lewat lagu-lagu bertema nasionalis, namun ungkapan pengkhianatan dan kekecewaan pada 'Pergi!', 'Karma', 'Luka Lama', 'Segitiga', dan 'Peralihan Hati', membuat lagu-lagu mereka mudah diterima berbagai kalangan.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X