Tanggapan Bassis Efek Rumah Kaca Tentang AI: Belum Bisa Bikin Karya Sadar Nilai

- Sabtu, 4 Maret 2023 | 16:12 WIB
Airil Nur Abadiansyah. (Instagram/@bingberenang)
Airil Nur Abadiansyah. (Instagram/@bingberenang)

Musisi yang tergabung dalam grup Efek Rumah Kaca dan Pandai Besi, Airil Nur Abadiansyah beranggapan perkembangan kecanggihan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang telah merambah berbagai sektor termasuk industri hiburan, belum bisa menghasilkan karya yang sadar nilai dan terkultuskan.

Menurut pemain bass-gitar ini, terdapat konsensus massal bahwa teknologi AI tidak mempunyai jiwa dan rasa, sehingga berkebalikan dengan manusia. Kondisi itu yang menjadi pegangan mengingat karya yang bersifat "manusia" masih memiliki keunggulan dan kesadaran akan nilai-nilai.

Baca Juga: Israel Ciptakan Alat Berbasis Kecerdasan Buatan Untuk Cegah Resiko Gagal Jantung

"Mungkin AI belum bisa mengarah ke situ walau bisa saja terjadi beberapa waktu mendatang karena perkembangan teknologi sangat 'gila'. Bukan tidak mungkin suatu saat ada suntikan rasa untuk AI, tidak hanya adaptif atau meniru," kata pria yang akrab disapa Poppie Airil, dilansir dari Antara.

-
Airil Nur Abadiansyah. (Instagram/@bingberenang)

Poppie melanjutkan bahwa kecerdasan buatan belum bisa meniru atau menghasilkan progresi ketidakterdugaan manusia dalam proses berkesenian yang membuat sebuah karya lebih "manusia" dan terkultuskan.

"Menurut saya yang bisa menjadi penyaringnya adalah para penikmat karya itu sendiri dengan adanya batasan rasa dan nilai. Apakah AI ini menjadi ancaman atau tidak untuk seniman, menurut saya masih di wilayah abu-abu karena saat ini masih belum bersinggungan secara langsung. Biasanya kalau sudah ada persinggungan langsung, barulah ada reaksi," jelas Poppie.

-
Ilustrasi Robot AI. (FREEPIK/Rawpixel)

Ia pun mengakui perkembangan kemajuan teknologi selalu memiliki unsur positif dan negatif. Menurut dia, proses penciptaan karya musik instan dan mudah yang ditawarkan teknologi bisa memiliki usia pendek atau sebaliknya, alias sangat bias.

"Misalnya algoritma. Itu sangat bagus dan bisa membantu mempermudah eksplorasi. AI bisa membantu mempercepat prosesnya. Jadi tergantung tujuan juga. Tidak bisa dilihat karena faktor keberuntungan belaka karena amat bergantung bagaimana seniman mengelola massa dan memiliki strategi mempertahankan karya," ujar Poppie.

Baca Juga: Elon Musk Bicara Tentang Kecerdasan Buatan: Ini Sangat Bahaya, Harus Punya Aturan!

Meski demikian, Poppie yang juga memiliki proyek solo musikal bernama Bing Renang beranggapan bahwa perkembangan AI bisa sangat masif beberapa tahun mendatang layaknya apa yang sudah ditampilkan di film-film sci-fi era '70-an.

"Prediksi orang-orang era golden age kala itu dalam seni rupa, musik, dan film, sekarang benar-benar terjadi. Bagi pekerja seni sekarang ini, kemajuan AI bisa dianggap ngeri juga sih," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X