Dari Drama Medsos Sampai Cicilan Rumah, Inilah Tema EP Terbaru Feast 'Uang Muka'

- Jumat, 11 September 2020 | 20:42 WIB
Para personel Feast. (Creathink Publicist)
Para personel Feast. (Creathink Publicist)

Setelah memperkenalkan single 'Komodifikasi' beberapa waktu lalu, band kembali perkenalkan karya terbaru mereka 'Uang Muka' dalam bentuk EP. Mini album ini dirilis sebagai selingan sebelum mereka merilis album ketiga mereka berjudul 'Membangun dan Menghancurkan' yang tengah digarap.

Dalam 'Uang Muka' ini, Feast kini terlihat lebih garang dan marah. Khususnya dari sisi vokal Bagas dalam meneriakkan lirik yang terinspirasi dalam  menyuarakan tragedi dan isu sosial yang terjadi di sekitar mereka.

Semua kerasahan yang mereka rasakan dituangkan dalam minil album ini. Baik Baskara Putra (vokal), Adnan Satyanugraha Putra (gitar), Fadli “Awan” Fikriawan (bas), Dicky Renanda (gitar) dan Ryo Bodat (drum) memiliki keresahannya masing-masing. 

-
Art cover 'Uang Muka' dari Feast. (Creathink Publicist)

Tema yang diangkat dalam kisah ini terasa dekat dengan Feast sendiri, khususnya Baskara yang seringkali disebut selalu menjual tragedi dan isu sosial sebagai komoditas untuk dijual. Sehingga ia merasa mini album ini bukan kritik sosial semata, tapi juga kritik untuk dirinya sendiri.

"Ya banyak yang bilang kalau Feast selalu mengangkat tragedi dan sosial sebagai bahan jualan untuk albumnya agar laku. Sehingga menurut saya mini album ini bukan hanya kritik ke luar, tapi juga kritik ke diri kita sendiri," tutur Baskara saat menggelar Hearing Session bersama media secara virtual, Kamis (10/9/2020) kemarin. 

Tema besar 'Uang Muka' adalah uang dan bagaimana tiap orang
menyikapi hal tersebut dalam konteks dan situasi yang berbeda-beda. Apalagi di masa pandemi yang membuat masalah keuangan semakin mencekik. 

Seperti sang vokalis Baskara menyumbang “Dapur Keluarga” yang berandai-andai sejauh mana orang-orang mencari uang. Apakah akan turut melakukn hal yang melanggar norma dan etika demi kebutuhan keluarga. Sementara Adnan menyodorkan “Komodifikasi” yang membicarakan drama klise media sosial yang membuat lini masa kurang segar namun menghasilkan uang. 

Sementara 'Cicilan 12 Bulan (Iklan)' yang menceritakan orang-orang memiliki hasrat kebendaan dan akhirnya pusing cari uang lebih, kerja sampingan atau opsi cicilan. Sedangkan 'Belalang Sembah' lahir dari kisah cinta lawan jenis dari kelas ekonomi berbeda.  

Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X