Jalan Panjang Karier Musik Didi Kempot, Bapak Patah Hati Nasional

- Selasa, 17 September 2019 | 13:43 WIB
Didi Kempot (Instagram @didikempot_official)
Didi Kempot (Instagram @didikempot_official)

Kesuksesan yang diraih Didi Kempot tidak diraih dengan sekejap mata. Penyanyi campur sari yang malang melintang di industri musik Indonesia sejak 1989 ini harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum menjelma menjadi 'The Godfather of Broken Heart'. 

Lahir di Solo, Jawa Tengah pada 31 Desember 1966, pria bernama lengkap Dionisius Prasetyo ini merupakan putra dari pelawak Ranto Edi Gude yang dikenal dengan nama Mbah Ranto serta adik dari salah satu pelawak senior Srimulat Mamik Podang. Memutuskan untuk menggeluti musik sejak remaja, Didi Kempot harus rela melepas pendidikan formalnya.

Lord Didi - julukan lainnya - tidak pernah lulus SMA. Bermodal pesan 'magis' sang ayah yang mengatakan; 'menjadi seniman sukses tidak harus sekolah tinggi akan tetapi dengan bakat, kemampuan yang mumpuni dan juga kerja keras', Didi Kempot memulai karier musiknya sebagai pengamen jalanan pada 1984.

Menciptakan banyak lagu selama menjalani hidup di jalanan Solo dan Yogyakarta dengan cara ngamen dari satu bis ke bis lainnya, Didi Kempot nekat hijrah ke Jakarta sambil berharap ada produser yang tertarik dan membawanya ke dalam studio rekaman.

Usaha Pakdhe Didi - sapaan lain Didi Kempot - tidak sia-sia. Album pertamanya, 'Stasiun Balapan' dirilis pada 1999. Lagu jagoan album ini yang berjudul sama menceritakan sebuah stasiun di Solo yang diciptakan Didi saat masih mengamen di sana. 

Didi terinspirasi dari para penumpang di stasiun tersebut hingga akhirnya membuat lirik dengan beberapa sindiran kepada para penumpangnya. Tak disangka, lagu ini malah membuat stasiun kota Solo itu menjadi terkenal. 

"Banyu Langit', 'Aku Ora Dolan', 'Neng Pacitan', dan 'Segoro Tuban' menjadi bukti lain kesuksesan seorang Didi Kempot. Ya, nama Didi Kempot makin dikenal di seluruh negeri.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa Didi menggunakan nama Kempot sebagai nama panggung? Melansir berbagai sumber, nama yang digunakan Didi sejak pertama kali menjejakkan diri di industri musik Tanah Air ini merupakan singkatan dari Kelompok Penyanyi Trotoar, merujuk pada profesi Didi saat menjadi pengamen jalanan dari 1984-1989.

Sejauh ini, Didi Kempot telah menghasilkan  tujuh album, yakni 'Stasiun Balapan' (1999),  Plong (2000), 'Ketaman Asmoro' (2001), 'Poko'e Melu' (2002), 'Cucak Rowo' (2003), 'Jambu Alas bersama Nunung Alvi' (2004), dan 'Ono Opo' (2005). Album -album ini melahirkan puluhan lagu hits.

Dengan eksistensi mentereng dan seabrek karya fantastis, Didi Kempot berhasil membentuk fan base dengan nama 'Sobat Ambyar'. Komunitas ini semakin eksis seiring naiknya popularitas Lord Didi. Sebelumnya istilah 'Kempoters' juga muncul untuk mengidentifikasi para penggemar Didi Kempot. Namun sebutan tersebut berkembang di kalangan anak muda menjadi Sad Boys (untuk laki-laki) dan Sad Girls (untuk perempuan).

Mayoritas 'Sobat Ambyar' merupakan generasi muda. Hal ini menunjukkan bahwa karya Didi Kempot diminati lintas generasi. Komunitas ini terbentuk melalui sebuah acara yang diadakan Rumah Blogger Indonesia di Solo pada pertengahan Juni 2019.

Eksistensi para penggemar muda ini membuat Didi Kempot dinobatkan sebagai 'Godfather of Broken Heart' (bahasa Jawa: Bapak Loro Ati Nasional; Bapak Patah Hati Nasional). Dalam gelaran konser bertajuk 'The Godfather of Broken Heart Konangan Concert' di Live Space SCBD, Jakarta pada Jumat (20/9) mendatang, perasaan para Sobat Ambyar diyakini bakal tersayat kala mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan sang idola.
 

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X