Ananda Badudu sempat ditangkap polisi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (27/9) pagi. Ananda melakukan penggalangan dana melalui kitabisa.com untuk mendukung aksi mahasiswa di depan Gedung DPR/MPR. Siapakah Ananda Badudu?
Dilansir Indozone dari berbagai sumber. Ananda Badudu merupakan cucu ketujuh ahli Bahasa Indonesia sekaligus Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Padjajaran, Jusuf Sjarif Badudu.
Nama JS Badudu terkenal di kalangan masyarakat setelah tampil dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia yang disiarkan TVRI pada tahun 1970-an. Ahli bahasa ini melahirkan sejumlah karya besar seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), Kamus Kata-kata Serapan Asing dan Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1993). Ananda sendiri bernah berkarier di dunia jurnalistik ketika menjadi wartawan Tempo.
Yang tak kalah penting, Ananda pernah mendirikan duo folk Banda Neira di Bandung pada 2012. Berawal dari keisengannya bersama Rara Sekar, lahirlah empat buah lagu yakni 'Di Atas Kapal Kertas', 'Ke Entah Berantah', 'Kau Keluhkan', dan 'Rindu' (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).
Karya tersebut mereka unggah dan sebarkan melalui media sosial Soundcloud. Dari sana, mereka mulai punya pendengar dan dikenal banyak orang. Mendapat banyak respons positif, pada akhir 2012 mereka sepakat meneruskan proyek isengnya itu.
Selama empat tahun berkarya, Banda Neira telah merilis dua buah album yakni 'Di Paruh Waktu' (2013) dan 'Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti' (2016).
Sayangnya, Banda Neira membubarkan diri pada 23 Desember 2016. Hal tersebut disampaikan oleh kedua personelnya melalui akun Instagram resmi Banda Neira. Bubarnya Banda Neira mereka akui sudah melalui pemikiran panjang.
"Setelah menempuh diskusi yang panjang nyaris setahun lamanya, akhirnya kami sampai pada sebuah kesepakatan. Kami bersepakat untuk tidak meneruskan Banda Neira," tulis mereka.
Ananda Badudu sendiri telah dipulangkan polisi. Ananda berstatus sebagai saksi dan hanya diminta klarifikasi.
