Cerita Dara Puspita Akali Musik 'Ngak Ngik Ngok' Ala Barat

- Selasa, 15 Oktober 2019 | 10:52 WIB
instagram/@sugoivinyl
instagram/@sugoivinyl

Dalam sebuah tajuk milik Presiden Soekarno berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi Kita", yang dibacakan pada pidato kemerdekaan RI tepat pada tanggal 1959, menyatakan "Kenapa di kalangan engkau banyak yang tidak menentang imperialisme kebudayaan? Kenapa di kalangan engkau banyak yang masih rock n roll - rock n roll'an, dansa-dansaan ala cha-cha-cha, musik musikan ala ngak ngik ngok,".

Di era itu, beberapa jenis lagu yang dilarang, diantaranya rock n roll, cha-cha, calypso, tanggo dan juga mambo. Meskipun dilarang, para seniman tak kehabisan akal untuk terus berkarya. Mereka tetap memainkan musik barat namun dengan sentuhan musik Indonesia.

Menanggapi larangan ini, Sejarawan JJ. Rizal mengatakan bahwa itu bukanlah hal yang buruk. Karena lewat kebijakan tersebut, terciptalah seniman Benyamin Sueb yang menekuni irama musik Betawi.

-
instagram/@eternalstorebgr

"Padahal awalnya Benyamin sering memainkan musik barat, namun sejak ada kebijakan itu dia dapat menghadapkan musik Betawi dengan musik barat," ujar Rizal.

Sementara itu, pengarsip Irama Nusantara David Tarigan mengatakan, dari banyak rekaman musik era tersebut, sebenarnya musisi-musisi kala itu masih memainkan jenis-jenis musik barat namun disesuaikan dengan nilai-nilai yang diatur oleh pemerintah.

"Jadi mereka mencampuri musik dengan banyak hal, dengan musik-musik tradisional misalnya, mengangkat tema kepahlawanan, formulasi rock n roll jadi seperti itu. Tapi jelas agresinya kedengeran," ungkapnya.

David menilai saat itu maksud dari Soekarno baik. Ini karena negara Indonesia masih mencari jati dirinya. Jika jati dirinya sudah kuat maka nilai budaya Indonesia tidak akan terpengaruh dengan budaya luar yang tidak sesuai.

"Apalagi pengaruh datang dalam bentuk yang mutakhir, lebih agresif, maka dia semakin hati-hati. Biar Indonesia kuat dulu deh, bukan Soekarno enggak suka sama musik-musik itu. Tetapi Indonesia memang belum siap saat itu," ucapnya.

Akal-akalan dari band Dara Puspita

Salah satu cerita yang paling terkenal mengenai pelarangan musik "ngak-ngik-ngok" tersebut adalah dipenjaranya Koes Bersaudara saat memainkan lagu grup musik Inggris The Beatles pada makan malam di Djatipetamburan pada 24 Juni 1965. Malam itu sebenarnya tidak hanya ada Koes Bersaudara tapi juga Dara Puspita. Band asal Surabaya yang semua personelnya adalah perempuan.

-
ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa

Menurut David yang mendapat cerita dari Titiek Hamzah, yaitu salah satu personil Dara Puspita. Pemahaman aparat tentang musik yang boleh dan tidak boleh juga tidak memiliki aturan baku.

"Pada peristiwa yang sama dengan ditangkapnya Koes Bersaudara, Dara Puspita juga harus wajib lapor dalam kurun waktu tertentu. Namun wajib lapornya lucu. Mereka datang, lalu di sana ada alat band. Jadi di depan kejaksaan dan segala macamnya mereka disuruh main musik," ucap David.

Ketika Dara Puspita disuruh untuk wajib lapor, mereka diminta untuk memainkan lagu yang boleh dan tidak boleh. Misalnya saat disuruh memainkan lagu yang boleh, mereka akan memainkan lagu "Burung Kakak Tua", dan ketika disuruh memanikan lagu yang tak boleh mereka memainkan lagu-lagu The Beatles.

-
instagram/@a.drestanta

Tetapi dalam suatu sesi, band yang digawangi oleh perempuan ini iseng memainkan lagu berjudul "I Can't Get No (Satisfaction)" milik The Rolling Stones. Saat ditanya oleh petugas lagu apa yang mereka bawakan, Dara Puspita menyebut kalau itu adalah lagu Rolling Stones bukan The Beatles. Anehnya, petugas malah membolehkan.

Dari kejadian ini, David menilai bahwa apa yang dilakukan oleh Dara Puspita menunjukkan bahwa nilai lagu yang boleh dan tidak boleh saat itu hanya sebatas lagu The Beatles atau bukan.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X