Toko Musik, Hidup Segan Mati Tak Sudi Pada Era Digital

- Minggu, 28 Juli 2019 | 11:00 WIB
pexels.com
pexels.com

Penikmat musik, khususnya para pehobi album fisik, terkejut saat mendengar kabar toko musik Aquarius Mahakam yang berlokasi di Blok M, Jakarta Selatan, tutup selamanya pada 2013.

Berselang dua tahun, giliran toko musik Duta Suara ikut serta menutup satu per satu cabangnya. Kini, hanya satu toko di bilangan Sabang, Jakarta Pusat, saja yang masih mengusung nama Duta Suara.

Nasib lebih tragis dialami Disc Tarra menyusul penutupan 40 gerai di seluruh Indonesia. Alasannya, penjualan album fisik musik terus menurun dari tahun ke tahun.

Di era serba digital, saat ini penikmat musik dimanjakan oleh layanan musik digital seperti Spotify, Soundcloud, YouTube, Apple Music, Joox, dan teman-temannya seolah-olah album fisik sudah tidak diminati lagi. 

Platform musik digital dinilai lebih praktis dan hemat untuk mendengarkan musik, hal inilah yang secara perlahan menggerogoti laba bahkan pendapatan toko-toko musik album fisik secara global. Mesikpun di sisi lain, layanan secara online menyimpan kekurangan seperti adanya akses Internet cepat dan aman tanpa serangan siber.

Perusahaan riset media sosial asal Kanada dan Inggris, Hootsuite dan We Are Social, pada awal Januari 2019, melaporkan data statistik tentang durasi akses internet orang Indonesia yang rata-rata mencapai delapan jam 36 menit.

Secara acak, mereka menghabiskan tiga jam dengan mengakses media sosial, dua jam melihat video, dan satu jam setengah untuk streaming musik.

Sepi pengunjung 

-
pexels.com/Burst

Bertahan degan hanya satu toko musik fisik, Duta Suara masih setia membuka pintu toko mereka setidaknya para kolektor album fisik nusantara serta mancanegara.

Gerai satu-satunya di Jalan Agus Salim, atau akrab dikenal jalan Sabang, Jakarta Pusat itu telah menjual album fisik selama lebih dari 40 tahun.

Duta Suara, dalam perjalanan bisnisnya, sempat memiliki 14 cabang di berbagai tempat termasuk di pusat-pusat perbelanjaan ternama di Jakarta dan terpaksa gulung tikar pada pertengahan periode 2000-an.

Rak-rak berisi aneka album genre musik masih menyambut setiap pengunjung yang melangkah ke dalam toko di dekat kawasan kuliner BSM Sabang, Jakarta itu. Kemasan album kaset, compact disc (CD), video compact disc (VCD), hingga piringan hitam musikus dalam dan luar negeri masih tertata rapi untuk dikoleksi.

Selain album musik fisik, para pengunjung toko juga dapat memilih beragam judul film lebar yang terbungkus digital versatile disc (DVD). Begitu pula, aksesoris perangkat musik seperti pengeras suara di kepala (headset).

Hary, salah satu staf toko musik Duta Suara, mengakui penurunan jumlah pembeli, bahkan pengunjung ke toko yang populer pada 1980an itu. Pada masa jayanya, Duta Suara menjadi rujukan dan lokasi berkumpul kawula muda Jakarta, apalagi saat album baru musisi ternama tiba di pasar.

Duta Suara, menurut Hary, tidak menampik kehadiran layanan musik digital mengubah kebiasaan pendengar musik yang berujung pada kemerosotan penjualan album fisik di toko itu.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X