Efektifkah Menggalang Dana Lewat Acara Musik?

- Rabu, 18 September 2019 | 11:51 WIB
Ilustrasi (Pixabay)
Ilustrasi (Pixabay)

Empat tahun lalu, ketika kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Kalimantan, Sumatera, dan beberapa wilayah lain di Indonesia, sejumlah acara berlabel 'charity' digelar hampir setiap pekan di Jakarta. Sekarang, masih efektifkah cara menggalang dana seperti itu?

Beberapa tahun lalu, Dwiki Dharmawan pernah mengatakan di salah satu surat kabar, konser amal untuk menggalang dana bagi korban bencana alam biayanya bisa lebih besar dibandingkan dengan dana yang masuk. 

Ya, namanya juga 'konser'. Berarti ini pertunjukan musik dengan skala besar, yang digelar di venue yang luas dan dilakukan dengan persiapan super matang. Tapi, jika event amal berangkat dari ide spontan yang dihelat di kafe-kafe dengan menampilkan musisi independen, masih sangat efektif.

Event seperti ini tidak sulit untuk digelar jika bentuk kerja samanya seperti ini, pemilik kafe memperkirakan lebih dulu jumlah penonton yang bakal hadir dalam acara tersebut. Dari situ, dia bisa berhitung berapa keuntungan yang didapat jika satu orang membeli satu botol minuman atau satu porsi makanan. Jika hitungannya rugi, maka tidak ada alasan untuk menyepakati kerja sama tersebut.

Jika setuju, maka pemilik kafe tinggal menunggu sampai akhir acara berapa keuntungan yang mereka dapatkan. Sedangkan penyelenggara dan artis penampil, sama sekali tidak akan mendapatkan keuntungan secara finansial karena seluruh donasi yang didapat diserahkan sepenuhnya kepada korban bencana. Namanya juga beramal, sudah pasti tidak ambil untung. Dan biasanya, musisi juga lah yang menjadi pengagas acara amal seperti ini.

Risiko terbesar, jika jumlah penonton yang tidak makan dan minum lebih banyak dibandingkan yang jajan maka pihak kafe tidak akan mau lagi bekerja sama di masa mendatang. Artinya, penyelenggara harus mencari kafe lain sekaligus mencari formula acara yang lebih baik plus penampil-penampil yang lebih 'menarik' agar bisa menyedot penonton yang mau 'jajan'. Gampang-gampang susah memang.

Tapi yang benar-benar sulit adalah bagaimana caranya menghilangkan pemikiran tidak bermutu bangsa kita setiap kali musibah terjadi. Mata dan gendang telinga kita seringkali dijejali pertunjukkan korup tiap kali ada bencana. Beberapa pihak selalu ingin memanfaatkan kesempatan dan tidak mempedulikan nilai-nilai kemanuasiaan.

Pengamat musik senior Denny MR pernah berkisah di salah satu majalah musik. Dalam sebuah acara amal bagi korban gempa Padang pada 2009, uang dari hasil lelang sebuah gitar dalam acara tersebut tidak disumbangkan seluruhnya oleh penyelenggara. Parahnya, saat pemilik gitar mencoba menghubungi mereka, nomornya sudah ganti!

Intinya, meski tidak semua musisi setuju dengan acara amal semacam ini, yang lebih penting adalah niat tulus dalam membantu sesama. Bukan asal sabet uang yang bukan haknya seperti kasus di atas. Ayo musisi, kami tunggu acara musik 'charity'-nya untuk membantu korban kabut asap di Kalimantan dan Sumatera..

 

Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X