Gundala dan Bangkitnya Naskah Komik Klasik Indonesia

- Senin, 12 Agustus 2019 | 12:46 WIB
Instagram/@gundalaofficial/ANTARA News/ Nanien Yuniar
Instagram/@gundalaofficial/ANTARA News/ Nanien Yuniar

Komik 'Gundala' karya mendiang Harya Suraminata alias Hasmi pafa tahun 1969, belum lama ini diangkat menjadi film layar lebar. Trailer film ini pun telah dirilis pada Sabtu, 20 Juli 2019 berdurasi dua menit dalam gelaran We The Fest 2019 di JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat.

-
photo/Youtube/Screenplay Films

Gundala bukan hanya menjadi kado bagi para pecinta pahlawan super lokal, melainkan sebagai pembuka jalan untuk memperluas genre perfilman Indonesia yang didominasi drama dan horor, serta pintu masuk untuk Jagat Sinema Bumilangit berisi jagoan dan jawara dari cerita-cerita klasik Indonesia.

Bercerita tentang Sancaka yang telah ditinggalkan orang tuanya sejak kecil, Gundala akan tayang pada 29 Agustus 2019 di seluruh bioskop Tanah Air. Jadwal penayangan ini bertepatan dengan usia ke-50 tahun karakter Gundala.

Sebelumnya, sutradara Lilik Sudjio pada tahun 1981 pernah membuat versi film "Gundala" dengan Teddy Purba sebagai pemeran utama. Anna Tairas menjadi Minarti, kekasih Sancaka. Sementara, aktor W.D. Mochtar didapuk sebagai musuh bebuyutan Gundala, Ghazul.

Perjalanan menghadirkan tokoh fiksi tahun 1969 ini ke dalam film berlatar belakang modern penuh lika-liku. Nama Hanung Bramantyo sudah pernah disebut bakal duduk di bangku sutradara pada 2014. Tapi, tak ada kabar terbaru tentang film "Gundala", bahkan ketika Hasmi menghembuskan napas terakhir pada 2016.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Gundala (@gundalaofficial) on

Dua tahun berselang, sutradara Joko Anwar mengumumkan akan menggarap kisah "Gundala". Production Manager BumiLangit Studios, Imansyah Lubis menuturkan karena satu dan lain hal, rencana mewujudkan karya Hasmi ke layar lebar bersama Hanung pun batal.

"Kami sudah mengobrol dengan beberapa sutradara lain (setelah Hanung), tapi ternyata jodohnya dengan Joko Anwar," kata Imansyah di kantor BumiLangit, Jakarta.

Kolaborasi ini juga tidak terlepas dari kesamaan visi kreatif kedua pihak untuk memperkenalkan Gundala Si Putra Petir pada penonton muda yang tidak familier dengan karya Hasmi, juga menawarkan nostalgia untuk penikmat komik-komik lawas.

Bangkitkan Naskah Komik-komik Klasik

Sebelum memutuskan untuk membuat film "Gundala", BumiLangit Studio yang berdiri sejak 2003 memusatkan fokus untuk mengakuisisi naskah komik-komik klasik, mengurus hak cipta dan menyelamatkan lembaran-lembaran rapuh komik lawas ke dalam versi digital.

"Butuh waktu panjang karena karakter yang terkait ada banyak dan pendaftaran harus dilakukan satu demi satu," ujar Imansyah.

-
ANTARA News/ Nanien Yuniar

Soal hak cipta, dia mengaku bahwa pihaknya juga harus meminta izin pada para ahli waris terkait para komikus yang sudah tiada. "Baru setelah 10 tahun kami merasa 'amunisi' sudah cukup untuk membuat sesuatu," katanya.

Setidaknya, ada lebih dari 1.100 kekayaan intelektual (intellectual property) yang bernaung di bawah BumiLangit. Di antaranya, Gundala, Sri Asih, Si Buta dari Gua Hantu, masuk ke dalam kategori "super intellectual property" karena kepopulerannya. 

Jagat Sinema Bumilangit merupakan produksi Bumilangit Studios, Screenplay Film bekerja sama dengan Legacy Pictures dan Ideosource Entertainment. BumiLangit menyerahkan urusan produksi pada Screenplay Film yang lebih berpengalaman. 

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X