INDOZONE.ID - Film drama Indonesia berjudul “Kucumbu Tubuh Indahku” karya sutradara Garin Nugroho sukses meraih delapan penghargaan dari dua belas nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 2019.
Bercerita tentang perjalanan hidup Juno yang tumbuh besar di desa Jawa pada 1980-an, film ini mengisahkan tentang trauma, hasrat, dan cinta hingga akhirnya Juno menjadi penari Lengger Lanang.
Meski sempat mengundang kontroversi di Indonesia, film ini berhasil diputar di festival film internasional dan memberikan eksplorasi kebudayaan Indonesia yang menarik untuk disimak.
Babak dalam Perjalanan Hidup Juno

Film "Kucumbu Tubuh Indahku" terinspirasi dari kisah nyata seorang penari Lengger Lanang bernama Rianto, yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah. Rianto sendiri turut terlibat dalam film ini sebagai narator utama yang memandu kita dalam empat babak kehidupan Juno, sang tokoh utama yang diperankan oleh tiga aktor berbeda.
Dalam setiap babak, Rianto menampilkan akting teatrikal dan membawakan monolog dalam bahasa lokal sebagai prolog. Tarian juga dipadukan dengan cerita dan perkembangan hidup Juno yang semakin terlihat seiring berjalannya waktu. Film ini memiliki nuansa yang sangat otentik karena didominasi oleh bahasa lokal.
Dua babak pertama mengisahkan masa kecil Juno yang ditinggalkan oleh ayahnya dan harus hidup bersama bibinya setelah mengalami tragedi yang membuatnya harus berpindah tempat tinggal. Begitu pula dengan masa remajanya, Juno mengalami pengalaman-pengalaman indah dan pahit yang menjadi kenangan sepanjang hidupnya.

Film ini akan mengingatkan kita pada film "Moonlight" karya Barry Jenkins, pemenang Best Picture Oscar 2017. Kedua film ini memiliki konsep yang serupa tentang perjalanan hidup seorang bocah yang traumatis, serta perubahan setiap babak yang terlihat jelas.
Meski memiliki kesamaan dalam konsep, "Kucumbu Tubuh Indahku" dan "Moonlight" tetap memiliki muatan naskah yang berbeda. Film Garin Nugroho ini memiliki elemen art house pada narasinya yang teatrikal, sedangkan "Moonlight" lebih menekankan pada sinematografi.
Namun demikian, terdapat satu poin minus dalam eksekusi babak keempat, di mana transisinya terlihat terlalu jauh dari babak ketiga dan dialognya terlalu teatrikal dan dramatis. Hal ini membuat penonton sulit memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam babak tersebut.
Baca juga: Weekend Jelang Ramadan, Ini 5 Rekomendasi Drama Korea Romantis dengan Episode Pendek
Menyikapi Trauma, Hasrat, dan Cinta

Film Indonesia ini menampilkan tiga komponen yang mendominasi hidup Juno, yaitu trauma, hasrat, dan cinta. Sejak kecil, Juno mengalami banyak kenangan pahit yang menimbulkan trauma dalam hidupnya. Namun, ia memiliki hasrat untuk menari Lengger dan akhirnya menjadikannya sebagai minat hidupnya.
Selain itu, dalam hidupnya, tak mungkin bagi Juno untuk tidak mengalami cinta. Film ini juga menampilkan poin penting dalam kehidupan Juno ketika ia mengalami cinta pertamanya di masa remajanya dengan seorang petarung. Meskipun ditampilkan secara subtle, namun nuansa romantisnya tetap terasa.
Menariknya, dalam film ini, 'tubuh' yang dimaksud bukanlah secara harfiah, melainkan merupakan kiasan hiperbola bagaimana Juno menyelami dan mengalami setiap hal dalam hidupnya, yang kemudian membentuk 'tubuh' atau kehidupannya. Dalam film ini, Juno mencintai hidupnya yang indah, bahkan ketika terbentuk dari hasrat, cinta, trauma, dan luka.
Tak Sebatas Representasi LGBT

Film ini juga telah menuai kontroversi sejak awal pemutarannya. Dengan judul yang terkesan provokatif dan isu LGBT yang tersirat, film ini langsung menjadi sorotan banyak orang sebelum bahkan menontonnya. Namun, sebenarnya film ini lebih dari sekadar itu.
Salah satu hal yang menarik perhatian dari film ini adalah kesenian Lengger Lanang yang diangkat di dalamnya. Kesenian ini sebenarnya dekat dengan eksplorasi gender, di mana penari laki-laki menari dengan penampilan perempuan lengkap dengan makeup dan sanggul.
Tarian yang dipertunjukkan juga gemulai dan penuh lekukan khas tubuh perempuan, sehingga mempertemukan maskulinitas dengan feminisme. Namun, sayangnya film ini tidak terlalu memperdalam materi tersebut, hanya fokus pada kisah Juno.
Kisah Juno sendiri mencakup tiga komponen utama, yaitu trauma, hasrat, dan cinta. Ada banyak kenangan pahit yang menimbulkan trauma dalam hidup Juno sejak kecil, tapi ia tetap berusaha untuk mencintai hidupnya yang indah.
Juno memiliki hasrat akan seni tari Lengger, yang akhirnya menjadi minatnya. Kemudian, dalam hidupnya, ada poin ketika ia mengalami cinta pertama di masa remajanya dengan seorang petarung.
Baca juga: Review Missing The Other Side: Menguak Kasus Misteri dari Orang-orang yang Hilang
Dalam film ini, tubuh Juno digambarkan sebagai 'tubuh' kehidupan, sedangkan 'kucumbu' merupakan kiasan hiperbola bagaimana Juno menyelami, mengalami, dan menyimpan setiap hal yang terjadi dalam hidupnya sebagai fragmen yang membentuk 'tubuh'-nya.
Oleh karena itu, "Kucumbu Tubuh Indahku" tidak seharusnya dimaknai secara harfiah yang menimbulkan banyak asumsi negatif. Meskipun demikian, film ini tetap menjadi salah satu film Indonesia yang patut ditonton, terutama bagi kaum milenial yang ingin lebih memahami tentang isu-isu LGBT dan seni tradisional Indonesia.

Pada akhirnya, meskipun banyak asumsi dan ekspektasi yang muncul sebelum menonton, "Kucumbu Tubuh Indahku" sebenarnya lebih tentang bagaimana Juno mencintai hidupnya dengan segala ketidaksempurnaannya, termasuk orientasinya pada sesama jenis.
Film ini menampilkan eksplorasi seni Lengger Lanang yang kaya akan makna gender, namun tidak terlalu menekankan aspek LGBT, sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan tanpa harus terbebani oleh muatan yang berlebihan.
Artikel menarik lainnya:
- 5 Alasan Triangle of Sadness Layak Ditonton, Kritik Pedas untuk Gaya Hidup Kelas Atas!
- 5 Film Animasi Klasik Disney yang Tuai Kontroversi, Singgung Ras Tertentu
- Mengintip Sukacita Sineas Perempuan Asia Tenggara di Reflection of Me Persembahan Netflix
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini
