Masih ingat dengan kisah 12 bocah dan 1 pelatih sepakbola di Thailand terjebak di gua yang banjir selama lebih dari dua pekan? Tragedi ini sempat viral di seluruh dunia, bahkan enggak sedikit volunteer dari negara asing yang ikut terjun langsung membantu evakuasi tersebut.
Kisah nyata ini telah diangkat beberapa kali ke layar lebar. Sebut saja film ‘The Cave (2019)’, ‘The Rescue (2021)’ dan terakhir ‘Thirteen Lives (2022)’ yang dibintangi aktor Colin Farrell, Viggo Mortensen, dan Joel Edgerton pada Juli lalu.
Selang dua bulan setelahnya, Netflix mengeluarkan serial yang sama dalam enam episode.
Tentunya, ini jadi PR dan challenge tersendiri bagi Netflix Thailand untuk meyakinkan penonton apakah layak mengikuti enam episode-nya jika dibandingkan dengan film yang berdurasi 2 jam saja.
Serial ini masing-masing digarap terpisah oleh filmmaker Thailand Nattawut Poonpiriya yang pernah menggarap ‘Bad Genius’ dan Kevin Tancharoen yang terlibat dalam beberapa serial Hollywood seperti ‘Agents of S.H.I.E.L.D’, ‘The Flash’, ‘Supergirl’, ‘Iron Fist’, ‘The Book of Boba Fett’ dan lainnya.
Di episode pertama, penonton akan dikenalkan dengan karakter kedua belas bocah dan satu pelatihnya. Baik dari sisi latar belakang keluarga dan kedekatan antara pelatih dan anggota timnya.
Saat itu Coach Eak (Beam Papangkorn Lerkchaleampote) sedang mengadakan latihan sepakbola bersama dengan 12 anggota timnya. Setelah berlatih, Coach Eak menjanjikan anggota timnya untuk berjalan-jalan ke Gua Pla. Sayangnya, saat itu gua tersebut ditutup sehingga mereka mengubah rencana pergi ke Gua Tham Luang.
Tanpa mereka ketahui, ternyata cuaca saat itu tiba-tiba berubah. Kawasan gua tersebut menjadi salah satu wilayah yang terdampak hujan deras. Ditambah kondisi gua yang terkenal banjir setiap kali hujan turun.
Sayangnya, posisi mereka yang berada 4 km dari awal masuk enggak memungkinkan untuk kembali karena kondisi gua yang sudah terendam banjir.
Yang bikin menarik, serial ini menggambarkan dengan cukup detail bagaimana sang pelatih membantu kedua belas anak tersebut bertahan diri. Mulai dari bermeditasi, berdoa, hingga menahan lapar dengan cara meminum air dari stalaktit. Penonton jadi ikut merasakan bagaimana rasa takut, khawatir, dan perjuangan mereka saat terjebak dalam kondisi yang menantang maut.
Setelah bertahan sepuluh hari lamanya, dua orang penyelam asal Inggris Rick Stanton (Christopher Stollery) dan John Volanthen (Nick Farnell) menjadi orang pertama yang berhasil menemukan mereka. Dari sinilah proses evakuasi dimulai dengan melibatkan tim penyelam dari berbagai negara, termasuk Dr. Harry (Rodger Corser) asal Australia seorang ahli anastesi yang mendapat permintaan langsung dari petinggi Thailand.
Meski sudah berulang kali diangkat ke film, tapi serial kali ini menyajikan point of view yang imbang dan mengangkat hal yang belum banyak dibahas di film-film sebelumnya. Sehingga penonton dapat lebih mengenal karakter dan alur ceritanya tanpa harus terburu-buru ke inti misi penyelamatan yang dramatis, dibanding versi film yang harus dikemas secara lebih padat.
Walau melibatkan aktor luar Thailand, namun penggunaan bahasa daerah (Thailand) tetap mendominasi sehingga tidak terkesan ‘cuma film’ yang hanya menggunakan bahasa Inggris.
Meski beberapa aktor mungkin enggak se-wah ‘Thriteen Lives’, tapi aktingnya dikemas secara apik dengan narasi yang cukup baik. Termasuk aktor muda Beam, pemeran Coach Eak yang meninggal di dunia nyata setelah menyelesaikan syuting serial ini. ‘Thai Cave Rescue’ sekaligus menjadi karya terakhirnya di usia 25 tahun. Series ini pun didedikasikan untuk mendiang Beam atas keterlibatannya dalam proyek ini.
