Bintang "50 Shades of Grey", Jamie Dornan, baru-baru ini menentang soal prasangka casting di dunia hiburan Hollywood. Jamie menyebutnya sebagai penyakit karena vitriol yang diciptakan dari orang-orang yang bekerja di balik produksi.
Beberapa film yang sempat disenggol oleh Jamie Dornan ialah "James Bond" dan juga "The Batman". Dikutip dari Screenrant, Jamie mengatakan jika Daniel Craig dan Robert Pattinson menghadapi hal yang cukup berat yang disebutnya sebagai penyakit sebelum akhirnya mampu diterima oleh para penggemarnya masing-masing.
Baca Juga: Penjualan Tiket Pre-sale 'Doctor Strange 2' Kalahkan Rekor 'The Batman' untuk Film 2022
"Ini adalah penyakit di semua budaya kita. Dalam pekerjaanku, tentu saja. Tapi secara umum, orang menilai orang berdasarkan apa yang sebenarnya, dan itu sangat menyedihkan. Lihat reaksinya saat Rob terpilih sebagai Batman. Itu seperti 90 persen negatif. Daniel Craig berperan sebagai James Bond, maksudku itu 100 persen negatif," beber Jamie.
Tak berhenti hanya disana, Jamie bahkan merincikan apa yang dilakukan kedua bintang tersebut untuk mencapai kesuksesan. Keduanya menghadapi masalah perubahan stigma dari para penggemar masing-masing untuk memerankan sosok karakter baru di film mereka.
"Itu benar-benar mengganggu ketika kau melihat kemarahan berbisa yang dimiliki orang-orang atas keputusan yang diambil. Dan kemudian coba tebak? Daniel Craig sangat brilian, dan itu mengubah seluruh energi Bond. Semua penentang juga menyukai apa yang telah dilakukan Rob dengan Batman," tambah Jamie.
Baik Daniel Craig dan Robert Pattinson memang menghadapi perjuangan berat dengan penonton ketika mereka berperan dalam peran masing-masing.
Sebelum debut Casino Royale, Craig dikritik akan rambut pirangnya dan sikapnya yang jauh lebih kasar daripada peran Bond sebelumnya. Sementara Pattinson juga harus bersaing dengan vitriol online dan lelucon Twilight sebelum ia terungkap sebagai pemeran utama dalam film The Batman.
Kedua aktor tersebut kemudian menerima pujian luas untuk penampilan mereka masing-masing, dan Dornan tampaknya berpikir bahwa masalah ini merupakan indikasi dari sesuatu yang jauh lebih besar yang meresapi budaya kita.
