The Most Engaging Media For Millennials and GEN Z

Review KKN di Desa Penari: Luwih Dowo Luwih Medeni, Menambal Lubang yang Berakhir Dilema
Salah satu adegan di KKn di Desa Penari Luwih Dowo, Luwih Medeni. (Youtube/MD Pictures).
Movie

Review KKN di Desa Penari: Luwih Dowo Luwih Medeni, Menambal Lubang yang Berakhir Dilema

Kamis, 29 Desember 2022 20:24 WIB 29 Desember 2022, 20:24 WIB

INDOZONE.ID - Film KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni sajikan suasana mencekam baru dalam versi extendednya. Seperti yang Produser Manoj Punjabi janjikan, film versi extended ini layak untuk disaksikan kembali oleh para penggemarnya karena banyak menambal detail yang kurang.

Diangkat dari sebuah utas di Twitter yang ditulis oleh akun @simpleman, KKN di Desa Penari dirilis kembali dengan tulisan skenario karya Lele Laila. Sementara cast masih sama dengan film pertamanya.

Menurut Lele, alur film ini dibuat semirip mungkin dengan kisah yang berada di utas dengan teknik penulisan fidelity of adaptation.

Sipnosis

Film ini mengikuti kisah Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugraha) yang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di sebuah desa terpencil di Jawa TImur.

Namun, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa desa yang mereka pilih bukanlah desa biasa. Pak Prabu (Kiki Narendra) sang kepala desa telah memperingatkan mereka untuk tidak melewati batas gapura terlarang.

Baca Juga: Manoj Punjabi Optimis KKN di Desa Penari: Luwih Dowo Luwih Medeni Bisa Saingi Avatar 2

Beberapa hari di desa tersebut, mereka mulai merasakan keanehan. Bima mengalami perubahan sikap dan program KKN mereka akhirnya berantakan.

Mereka pun mendapatkan teror sosok penari misterius menyeramkan. Lalu, mereka terancam tidak bisa pulang dengan selamat dari desa yang dikenal dengan sebutan desa penari tersebut.

Review

Film yang memiliki versi extended tentu tak bisa lepas dari perbandingan dengan film pertamanya. Dengan membawa tagline "Luwih Dowo, Luwih Medeni", yang berarti "(Durasi) Lebih Panjang, Lebih Mengerikan", film ini bisa dibilang membawa kedua elemen tersebut dengan rapi.

Jika di film pertama dengan durasi asli (versi uncut) selama kurang lebih 130 menit, di film versi terbarunya, kini memiliki runtime selama kurang lebih 170 menit. Sutradara Awi Suryadi memanfaatkan waktu tambahan tersebut untuk memberikan lebih banyak detail baik untuk drama, penceritaan dan penyuntingan (editing) yang lebih mulus.

KKn di Desa Penari Luwih Dowo, Luwih Medeni.
Salah satu adegan di KKn di Desa Penari Luwih Dowo, Luwih Medeni. (Youtube/MD Pictures).

Banyak adegan baru yang disematkan menambah bumbu dari cerita -- entah itu sisipan guyonan khas Jawa Timur yang menggelitik, petunjuk-petunjuk yang sebelumnya terlewat, pengenalan karakter yang lebih masuk akal, hingga tentu saja, elemen horor yang menegangkan.

Rentetan adegan dan babak dibungkus lebih rapi dan tidak terburu-buru dan melompat-lompat seperti di film pertamanya. Adaptasi naskah yang dilakukan pun agaknya lebih mirip dan lebih menghormati karya aslinya.

Baca Juga: Seram! Pemeran KKN di Desa Penari Ketempelan Makhluk Halus sampai Pingsan saat Syuting

Masing-masing adegan yang terdapat dalam film tampak begitu mirip dengan utas yang sebelumnya sudah dibaca oleh para penggemar. 

Hal itu membuat film KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni memberi penghormatan dengan karya asli. Sayangnya hal itu menjadi bisa ditebak dan kehilangan unsur 'kejutan baru' dalam filmnya.

Meski hal ini sejalan dengan niat produser Manoj Punjabi untuk menggarap film ini dengan lengkap dan detail layaknya utas orisinil. Namun dilema justru timbul dari film ini. 

Jalan cerita yang begitu runtut dan mirip seperti utas ini membuat filmnya seolah menvisualisasi setiap utas dari Simpleman. Tentu saja cerita ini atau cerita pertamanya hanya bisa menikmatinya tentu yang belum pernah membaca atau mengikuti cerita Simpleman.

KKn di Desa Penari Luwih Dowo, Luwih Medeni.
Poster film KKn di Desa Penari Luwih Dowo, Luwih Medeni. (IMDB).

Bagi penggemar KKN di Desa Penari versi pertama, film ini mungkin bisa dilabeli memuaskan karena para penggemar bisa puas menyaksikan perjalanan detail Nur dan kawan-kawan memecahkan teka-teki di Desa Penari. Namun, untuk yang tidak menyukai versi pertama, film ini akan tampak mengecewakan karena minimnya modifikasi cerita.

Akan lebih menyegarkan lagi jika Awi Suryadi berani mengeksplorasi adegan klimaks di akhir, membuat film ini lebih mencekam dan menyajikan kejutan baru untuk penonton.

Jadi kalamu diberi pendapat positif, film KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni memiliki kualitas sinematografi yang sangat baik, akting yang mumpuni dari para pemainnya, juga musik yang membuat para penonton hanyut dalam cerita.

Artikel Menarik Lainnya:


TAG
M Fadli
Arvi Resvanty
M Fadli
Editor
Arvi Resvanty
Reporter
JOIN US
JOIN US