Apa Peran Anwar Usman Adik Ipar Jokowi di Film Perempuan dalam Pasungan? Ini Sipnosisnya

- Jumat, 27 Mei 2022 | 08:35 WIB
Ketua MK Anwar Usman (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A), Cover film 'Perempuan dalam Pasungan'. (Istimewa).
Ketua MK Anwar Usman (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A), Cover film 'Perempuan dalam Pasungan'. (Istimewa).

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman yang menikahi adik presiden Jokowi Idayati ternyata pernah diajak bermain film pada era 80-an lalu. Sebuah film yang diberi judul 'Perempuan dalam Pasungan.'

Pada suatu kesempatan, kepada Indozone Anwar Usman mengaku sempat diajak untuk bermain di film yang disutrdarai oleh Ismail Soebarjo tersebut. 

"Iya, saya pernah main film," ujarnya singkat kepada Indozone saat itu.

Film itu dibintangi oleh Nungki Kusumastuti, Frans Tumbuan dan Rini S. Bono. Sementara Anwar Usman mendapat peran kecil di film tersebut.

Film ini mengisahkan tentang Fitria (Nungki Kusumastuti), simbol dari perempuan Indonesia yang rupawan, halus tutur kata, rendah hati, sederhana dan khususnya sangat fleksibel dalam semua hal.

Dia selalu menuruti apa perkataaan orang tua dan suaminya (Frans Tumbuan). Dari sinilah semua masalah timbul dan tertuang dalam film ini.

Baca Juga: Pemutaran Perdana 'Elvis' di Festival Cannes, Penuh Tangisan dan Tepuk Tangan Penonton

Kisah diurai dari sudut pandang seorang wartawan yang berusaha mendapat cerita eksklusif. Fitria, mendapat kasih sayang berlebihan dari ayah-ibunya, Prawiro, seorang lurah. 

Dia tumbuh jadi gadis penurut, agak pemalu, dan tak berani mengungkapkan perasaan dan pendiriannya. Hal ini agak berbeda dengan sahabatnya, Marni, yang sebenarnya sama-sama naksir Andi, alumnus universitas tempat mereka belajar. Andi memilih Fitria dan pindah ke Jakarta. 

Ketika Marni bekerja di Jakarta juga, untuk sementara ia tinggal di rumah Andi-Fitria. Keakraban Andi-Marni masih sama seperti dulu. Fitria merasa tersiksa dan diam-diam minta bantuan Prasetyo, kawan sejak mahasiswa juga. 

Fitria diberi air penawar sekedar untuk membelokkan niat Fitria yang hendak pergi ke dukun. Ternyata Marni sakit dan meninggal. Fitria didera perasaan bersalah sampai pada tahap "gila", hingga ia dipasung oleh orang tuanya sendiri.

Meski hanya mendapat peran kecil, tetapi Anwar Usman mengaku sangat bangga dan berkesan dengan pengalaman tersebut. Film itu sendiri sangat dikenal karena mendapat penghargaan Piala Citra sebagai film di era tahun 1981. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X