Sutradara sekaligus pemain film Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa, mengaku menggarap Cek Toko Sebelah 2 begitu berat. Sebab dia dibayang-bayangi dengan kekhawatiran terhadap ekspektasi tinggi para penggemar, usai menonton Cek Toko Sebelah pertama.
"Ya kami merasa selama ini membuat CTS 2 itu beban yang sangat berat, karena kesuksesan film yang pertam. Jadi kalau kita gak bener-bener punya script cerita yang kuat, kita gak akan pernah berani buat bikin," papar Ernest Prakasa di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (19/12/2022).
Dirinya mempertimbangkan Cek Toko Sebelah 2 sudah memiliki kualitas skenario yang kuat. Oleh sebab itu, ia akhirnya berani mulai menggarap sekuel film drama-komedi tersebut.
Baca Juga: Film 'Cek Toko Sebelah 2' Angkat Isu Tentang Perempuan, Siap Tayang 22 Desember di Bioskop
"Jadi kita merasa story yang kita punya di film ini cukup layak bersanding dengan film yang pertama. Masalah lebih bagus atau tidak, penonton yang menilai tapi kami merasa drama keluarganya, konfliknya, komedinya, kita punya bahan yang bisa lah disaingi sama CTS 1," ungkap dia.
Cek Toko Sebelah 2 juga memiliki unsur baru, yakni melibatkan sudut pandang perempuan lebih banyak. Hal itu disebabkan karena Meira Anastasia menjadi co-writer di sekuel ini dan menggagas ide tersebut.
"Prosesnya bedanya sama yang pertama adalah keterlibatan Meira di sini. Mungkin ada rasa film ini lebih feminin atau lebih balance antara sudut pandang laki-laki dan perempuan, ya itu sih yang terutama," papar dia.
"Apalagi film ini berbeda dengan yang pertama yang kental dengan Yohan dan Erwin, di film ini sangat kental di pasangan mereka, yaitu Natali dan Ayu. Di situ jadi perspektif perempuan menjadi sangat penting," sambung Ernest Prakasa.
Baca Juga: Ernest Prakasa Beri Penjelasan Kelanjutan "Cek Toko Sebelah the Series"
Sementara dari sisi sang istri, Meira Anastasia, dia menekankan bahwa Cek Toko Sebelah 2 tidak berniat mengampanyekan feminisme. Hanya saja, dia ingin memberikan sudut pandang keresahan yang wanita alami dalam kehidupan.
"Sebenarnya sih kita tidak ingin memberatkan pada isu feminisme, tapi sekarang itu lagi melihat pada sisi Ayu, pada sisi Nathalie, sisi Agnes, sebagai ada yang jadi sisi orang tua dan sisi anak, kebetulan mereka juga perempuan," imbuhnya.
"Kami ingin lihat dari sisi kalau yang dirasakan atau dipikirkan oleh perempuan ini seperti ini, mungkin ada juga yang belum terpapar dengan pemikiran seperti ini, bukan mau ngasih gambaran feminis itu seperti ini, enggak. Cuma lebih ke gini lho pandangan perempuan terhadap suatu masalah atau keadaan," tandas Meira.
